Sunday, November 10, 2013

Prakondisi di AAU, 10 Hari untuk 1 Tahun (Warna-warni Ende Part. 8)



Sebenarnya, rasanya aneh juga ketika menulis tentang AAU setelah 2 bulan saya di lokasi begini, hehehe. Tapi, saya kan sudah janji di postingan pertama saya yang dulu (cek di sini) untuk menulis tentang pengalaman prakondisi di AAU. So, here we go, saya coba tulis apa yang terjadi selama 10 hari itu. Tentu saja yang seingat saya saja, ya, hehehe.

Pra kondisi adalah satu tahap terakhir dari seleksi penerimaan SM3T.

Ompreng, Makanan Sehari-hari di AAU, Sumber
Ketika mengikuti tahap demi tahap tes (ada tiga tahap, yaitu tes administrasi, tes tertulis, dan tes wawancara), saya masih belum bisa memantapkan diri. Banyak sekali pertimbangannya. Tapi, tanggal 2 September kami harus sudah mengikut kegiatan prakondisi. Jadi, kalau saya mau ikut, maka saya harus segera memutuskan. Dan H-3, yaitu hari Jum’at, saya harus putuskan apakah saya ikut atau tidak. Bagi saya, ikut pra kondisi itu sudah 100% harus ikut. Dan begitulah, saya akhirnya minta ijin pada Bapak Kepala Sekolah saya. Tapi, meski sudah minta ijin, saya masih sibuk menyiapkan berbagai administrasi sekolah setelah kelas saya tinggal nantinya. Apalagi belum ada guru pengganti untuk kelas saya, oh malangnya anak-anakku v.v.

Well, imagine that. Saya berangkat haris senin, hari sabtu masih masuk, dan nihil persiapan. Sama sekali belum ada persiapan. Heemmm...

Ya begitulah, saya kemrungsung. H-1 saya baru muter-muter cari kebutuhan sampai jam 10 malam (malam terakhir bersamanya euy v.v *nangis satu ember). Saya persiapan sampai hampir jam 3 pagi. Ngantuk, tapi harus tetap semangat. Semangat!!!!

Senin pagi, Mas Aziz datang ke rumah. Pagi-pagi buta. Ah...pertemuan terakhir dengannya. 5 menit saja. Saya menyerahkan buku cerita saya yang ingin saya berikan pada Dek Ayuk. Dia mengangsurkan selembar amplop. Sudah excited banget isinya sepucuk surat, ealah ternyata selembar tiket. Heheheh... Gomen Masnya, entah dimana amplop itu berada sekarang *curcol.

Balik ke cerita.
Saya pun sampai di UNY. Bawaan saya adalah satu tas pakaian, satu ransel, dan ember. Agak heran juga, ada yang bawa kopor buesar buanget. Tak hanya bawa satu, tapi dua. Saya rasa bawaan saya super super sedikit. Ya memang sih. Tapi kata teman-teman angkatan sebelumnya, tak perlu bawa banyak barang, cukup kaos untuk tidur dan baju hitam putih saja. Dan hasilnya, bawaan saya memang sedikit. Meski sedikit, alhamdulillah benar-benar berfungsi dengan maksimal dan tidak ada yang mubadzir ^^.

Acara di UNY berlangsung di ruang sidang rektorat. Rame banget. Semuanya berseragam hitam putih. Hanya ada segelintir orang yang saya kenal, itupun entah berada dimana. Saya duduk di samping Mbak Dewi yang langsung akrab. Ternyata penempatannya sama, di Ende. Acara pertama adalah pembukaan yang dibuka langsung oleh Bapak Rektor (Pak Rohmad Wahab).—mengingatkan saya pada Pak Habibie dengan cara entah bagaimana, ehehehe ^^. Acara berikutnya adalah materi entah saya lupa dan juga nonton film. Kami di UNY sampai jam 3, lanjut dibawa ke AAU. Kami dibawa dengan bus AAU yang pernah beberapa kali saya lihat lewat di jalan. Yap, bus keren itu saya naiki sekarang. Kelihatan wow banget euy. Dikawal dengan sirine, jadi bisa nabras-nabras lampu merah. Pokoknya kelihatan eksklusif. Hahaha...norak banget :p

Di jalan, saya berusaha memetakan keramaian kota. Well, saya tidak akan melihat hal-hal ini selama 10 hari. Selamat tinggal Jogja... *nglebay

Bus yang membawa kami memasuki gerbang AAU. Wah...saya serasa keren. Kesempatan sekali seumur hidup rasanya, warga sipil bisa masuk ke dalam lingkungan para karbol seperti ini. Dan setelah gerbang, ternyata areanya sangat luas sekali. Perlu waktu 10 menit sampai kami berhenti di sebuah lapangan luas. Bentakan dari para pelatih langsung mengudara. Angkat kopor, bawa tas, bawa ember, kami berjalan, berbaris, dan mulai diabsen untuk pembagian kamar. Saya sekamar dengan Yue dan Mbak Ari.

Kalau diminta mengingat-ingat, saya jelas tidak akan ingat detail dari semua kegiatannya. Yang jelas, sudah saya tulis di buku, tapi ya itu, catatannya ada di pulau seberang. Tapi, 10 hari itu benar-benar amazing. Ada beberapa hal lucu, misalnya kami harus makan dalam hitungan 10 detik dengan nasi setara 2 piring dan lauk komplit plit plit, 3 kali sehari, plus snack 2 kali. Jadi, mendadak kami semua terkena sembelit. Ditambah, kami harus lari. Ditambah kami harus mandi dan sholat dalam waktu 5 menit. Serasa balik lagi menjadi tonti. Hehehe... tapi karena sudah pernah jadi tonti jaman SMA dulu (jaman masih culun, wkwkwk), saya sih cuek aja dengan bentakan-bentakannya.

Kegiatan di AAU antara lain adalah penyampaian materi. Selama 4-5 hari kami klasikal di gedung BSM (Balai Prajurit Sabang-Merauke). Setelah itu, kami dibagi per kelompok sesuai penempatan selama 2 hari. Setelah itu, selama 3 hari kami kegiatan di luar.

Penyampaian materi di gedung BSM tentu saja menjadi agenda yang paling boring. Ngantuk banget. Saya sering banget tidur, hehehe. Bahkan pernah saya tidur 2 jam dalam posisi duduk. Aneh memang, tapi saya rasa saya cukup ahli untuk tidur dalam posisi duduk, hahaha. Tapi, materinya tentu saja penting. Saya memerhatikan juga kok, hehe. Tapi kalau materi yang membosankan ya, tinggal tidur saja. Banyak juga peserta yang tidur secara terang-terangan.

Penyampaian materi secara grouping lebih menarik, soalnya kami langsung praktik dan ada pemberian materi tentang daerah tujuan. Jadi, benar-benar usefull dan kalau tidak mendengarkan sangat rugi banget. Saya tidak bisa tidur. Terlebih karena posisi tempat duduk yang kalau tidur bisa langsung ketahuan, jadi cari amannya saja begitu. Saya banyak akrab dengan teman-teman satu penempatan (ada 46 orang). Mulai ada skandal satu atau  dua. Mulai ada genk-genk an. Mulai kelihatan mana yang bossy, pendiam, culun, tidak berminat, ekslusif, individualis, dan sebagainya.

Outbond di luar menjadi hal yang sangat menarik. Kami mencari lokasi dengan kompas (yang akhirnya nyasar ke gunung dan turun jurang tanpa alat pengaman—pengalaman seru banget dengan teman-teman), makan ular, naik gunung, bakar telo pendem, penyeberangan basah, penyeberangan kering, halang rintang, sampai turun heli—ah apa namanya lupa, yang jelas turun dari papan begitu lah, yang tingginya lebih dari 20 meter. Rasanya? Dislentik langsung tiba, hehehe... Saya sampai gemeteran begitu sampai di atas. Tapi seru. Pengalaman yang seru banget...

Ada juga beberapa hal seru lainnya, misalnya saja pentas seni di malam terakhir dimana saya kebagian jatah baca puisi. Ada juga malam gala dinner (saya menyebutnya demikian, meski sebenarnya hanya makan malam biasa), bersama para karbol. Kami dandan cantik untuk makan malam dengan karbol. Begitu masuk ke aula, saya langsung disambut oleh seorang karbol dengan senyum menawan, “Mari ikut saya,” katanya. Serasa seorang putri yang dijemput pangeran *gubraaaakkkksss.... Tapi ya saya ikut juga. Mengekor di belakang karbol itu, melewati banyak meja yang sudah terisi penuh. Saya dipersilakan duduk di meja mereka. Di tengah. Ada dua orang peserta SM3T, cowok yang juga sudah duduk. Ada 3 karbol di sana. Seorang senior memperkenalkan diri sebagai Ihsan. Mereka ramah. Kami banyak mengobrol tentang banyak hal. Lucu. Malam yang lucu.... ^^

Ya...pengalaman di AAU memang menarik. Sangat menarik. Awalnya waktu berjalan lama, tapi tahu-tahu sudah hari terakhir dan kami bahagia sekali. Hari-hari awal yang menegangkan, makin lama makin lumer dan akhirnya menyisakan banyak kenangan. Berat di awal, tapi tampak ringan di akhir.

Mungkin begitu jugalah yang akan saya alami selama saya di Ende ini. Memang waktu berjalan sangat lambat di awal, tapi seiring berjalannya waktu, maka lama kelamaan pun akan sampai pada titik kepulangan juga. Memang akan terlihat berat di awal, tapi tentu saja pasti akan berakhir dengan ringan dan menyenangkan. Di akhir nanti, pasti ada perasaan bahagia.

Kata-kata Penyemangat di Dinding Kamar Rumah Nun Jauh di Sana
Well, saya tadi baru saja buka-buka foto-foto lama dan ada foto ini, tertanggal dua tahun yang lalu. Saya pasti sedang stres berat saat menulis kalimat itu. Tapi kata-kata itu hebat kok, karena bisa membuat semangat yang menurun kembali stabil. Istilahnya, kata-kata penyemangat. Yep...saya pernah mengalami yang lebih parah dari tidak ada listrik, tidak ada air, dan tidak ada sinyal. Jadi, seburuk-buruknya yang terjadi di sini, tidak akan lama. Nikmati saja.

Heeemm...saya rasa proses 10 hari di AAU menjadi momen yang benar-benar berguna untuk satu tahun ke depan di tempat pengabdian. Saya merasakan sedihnya tidak memakai hape selama 10 hari. Saya merasakan tidak ada kontak dengan siapapun kecuali lingkungan sekitar. Saya merasakan bagaimana rasanya diburu waktu. Saya merasakan bagaimana capeknya badan setelah latihan fisik yang keras. Hal itu berguna. Berguna di tempat pengabdian ini.

Heemm...bingung menulis bagaimana ending postingan kali ini. Yang jelas, saya bersyukur bisa ikut prakondisi selama 10 hari dan menikmati setiap detailnya. 10 hari untuk 1 tahun ke depan. Dan 1 tahun untuk selamanya. Semangat!!!

1 comment:

  1. Bagus, Ceritanya. . . Memberikan Gambaran tentang bagaimana kegiatan Pra Kondisi akan dilaksanakan.

    ReplyDelete