Sunday, November 10, 2013

Krisis Air, Motor, dan Kali (Warna-warni Ende Part. 16)


Sudah beberapa hari ini air tidak ada. Yappp!!! Tidak ada guys...
Bayangkan, air tidak ada! +_+

Ah, entahlah...
Saya jadi berpikir, kalau sinyal dan listrik tidak ada, itu lebih baik daripada tidak ada air. Kenapa? Karena air itu penting. Penting buat wudhu terutama. Penting buat BAK dan BAB. Penting buat mandi. Penting buat cuci baju. Penting buat cuci kaki. Penting buat makan. Penting buat minum.

Dan sudah beberapa hari ini air benar-benar nihil. Biasanya sih, ada meski hanya satu atau dua aliran kecil saja. Jadi, meski tidak mandi, saya masih bisa wudhu dan bersuci. Tapi, dua hari lalu, tiba-tiba saja mati.

Akhirnya, saya pun tidak mandi.
Akhirnya, saya pun tayamum.
Akhirnya, saya pun meminimalisir air minum agar tidak kepengen BAK.
Akhirnya, ya...saya pun menyadari bahwa penting banget punya si air ini.

Sungai Utamai di Ranoramba (Sumber)
Benar-benar hari-hari yang membuat stress berkepanjangan. Mau ngapa-ngapain rasanya tidak enak. Jadi ingat rumah, dan betapa dulu saya tidak pernah mensyukuri adanya satu bak penuh air di kamar mandi. Ya...kita baru menyadari suatu hal itu penting ketika ia tidak ada lagi. Termasuk si air ini.

Akhirnya saya pun memutuskan untuk mencuci di kali (lagi). Tapi kali ini ada yang berbeda. Perdana, saya akan naik motornya Bapak, si hijau. Agak grogi juga, beberapa bulan tidak bawa motor gigi, bawa matic terus. Perdana naik motor, plus jalan yang aduhai sekali. Saya takut saya nanti jatuh—maka hilanglah kepercayaan untuk bisa naik motor di lain waktu. Jadi, saya pun dengan pede tingkat dewa—menyembunyikan rasa takut saya, naik motor itu. Dan benarlah...banyak mata yang menonton saya. Ya ampunnn...ternyata, naik motor bagi anak cewek itu jarang alias tidak pernah di sini. Semuanya cowok. Jadi, mereka melihat saya naik motor itu sesuatu yang amazing sekali...

“Ibu hebat sekali.”
“Lain kali turun ke Ende naik motor sendiri, Ibu.”
Begitulah beberapa komentar mereka.

Itu adalah hal lucu yang kesekian kalinya saya temui di sini.

Alhamdulillah tidak jatuh sampai di kali bawah. Agak grogi juga boncengin si Tevin. Kalau sendiri, saya rasa tidak masalah, tapi kalau bawa anak orang itu ya rasanya jadi kaku. Sampai di kali kami langsung cuci-cuci dan ambil air. Pulangnya saya boncengin si Tevin lagi. Dan lagi-lagi, semua mata tertuju pada saya, wkwkwk...untunglah tidak jatuh... ^^

Setelah menjemur baju, saya pun mandi dengan air hanya 1 derigen saja. Mandi dan wudhu. Hemat banget pokoknya. Tapi, tidak kurang. Cukup ^^.

Malamnya, air sudah mengalir. Lancar. Alhamdulillah. Terimakasih Alloh, untuk air yang satu bak penuh, untuk sungai yang tidak pernah kering, dan untuk tetap mandi di dalam kakus, bukan di kali. Alhamdulillah ^^

*Satu tahun untuk selamanya!
*4 November 2013

No comments:

Post a Comment