Sunday, November 10, 2013

Cerita Tentang Perahu Kertas (Warna-warni Ende Part. 14)

Siang tadi saya menonton film Perahu Kertas part 1 dan 2 yang saya rerun dalam 4 jam. Sebenarnya, saya tidak terlalu suka dengan film ini sebelumnya. Agak malas-malasan juga menonton film ini. Kok kayaknya banyak banget yang excited, jadi saya jadi males (ini beda utama saya dengan banyak orang, saya males dengan hal-hal yang diminati banyak orang, hemm...aneh!). Tapi, karena tidak ada film lain yang menarik sekaligus ingin menuntaskan film-film yang ada di netbuk ini, akhirnya saya pun menontonnya.


Oh ya, saya nulis postingan ini bukan karena saya pengen jelek-jelekin Perahu Kertas, ya. Saya juga tidak ada niat untuk duel. Ini hanya dalam prespektif saya saja. Dan benar-benar tidak ada maksud apapun.


Film ini diangkat dari novel karya Dee. Dee adalah salah satu penulis favorit saya. Entah mengapa, saya menganggap tulisannya itu cukup eksentrik. Mengapa? Well, ketika saya membaca Supernova-nya pada usia SMA, saya merasa novel itu benar-benar berbeda dan ajaib. Cerita tentang ‘Pangeran, Putri, dan Bintang Jatuh’ tidak begitu saya pahami—tapi saya sukai, sangat. Cerita tentang ‘Petir’ agak saya pahami dan saya sukai. Selain itu, saya belum baca. Kemudian, cerita tentang ‘Filosofi Kopi’ benar-benar membuat saya melting dengan tulisan Dee. Tulisannya itu indah. Alurnya itu tidak bisa ditebak. Aneh, tapi keren. Tapi, ketika ‘Perahu Kertas’ muncul di Gramedia, saya tidak terlalu excited ingin membacanya. Entah mengapa...


Baru hari inilah saya nonton filmnya.


Sumber Gambar
Saya tidak tahu siapa pemainnya (belakangan saya baru tahu, namanya Maudi Ayundya dan Adipati Dolken). Karena wajah yang asing itu, makanya saya tidak terlalu tertarik (beda cerita dengan Habibie Ainun ^^).


Satu demi satu adegan film mulai saya lewati. Lama kelamaan saya pun mulai hanyut dalam ceritanya. Ceritanya mengalir dan membuat penasaran. Penasaran dengan ending-nya—meski saya entah bagaimana caranya tahu bahwa ending-nya pastilah si Kugy bakal sama Keenan, alias happy ending. Tapi, begitu ada adegan yang memutuskan mereka sama-sama bubaran dan Si Remi melepaskan Kugy, kok saya jadi sebal sendiri ya. Helloooo...cowok sekeren Remi itu lhohhhh...wkwkwkwk...kenapa sih Kugy tidak mencoba untuk meyakinkan Remi bahwa dia sudah jatuh cinta padanya. Saya jadi sensi sendiri pas nonton, wkwkwk...


Lalu, saya malah jadi bayangin tentang Mas Hasbi dan Mas Aziz...tapi tentu saja bayangan itu langsung terhapuskan sudah. Well, delete delete delete!!!


Balik ke cerita tentang Perahu Kertas.

Hemat saya, ceritanya bagus kok. Jelas alurnya tidak bisa ditebak. Dan main theme di sana, yaitu kesungguhan kita akan sesuatu dan berusaha untuk meraih mimpi itu pasti akan terwujud, cukup bisa saya tangkap. Selain itu, keanehan tokoh utamanya pun bisa saya terima dengan besar hati—well, cewek mana sih yang freaky banget sampai jadi Agen Neptunus, wkwkwk. Akting Maudi dan Adipati juga oke banget, apalagi aktingnya si pemeren Habibie...haduduhhh...melting down banget... *yang bagian ini saya nglebay banget =)


Oke, saya tidak tahu, apa maksud postingan saya kali ini. Saya mau review tentang filmnya, tapi malah curhat ngalor-ngidul. As whole, saya menikmati film ini. Ya...apalagi sutradaranya Hanung Bramantyo, jadi pastilah filmnya bagus banget. Rasa penasarannya gigit, jadi tak terasa sudah selesai filmnya. Two thumbs up deh. Meski begitu, saya tetap tidak ingin baca bukunya, hehehe. Saya lebih tertarik ingin baca Rectoverso (FYI, saya sudah nonton yang ini bareng Mas Aziz, dapet gratisan kuis via twitter, hehehe)

Sampai ketemu di postingan geje berikutnya. Dan jangan lupa, tinggalkan jejak.

No comments:

Post a Comment