Tuesday, March 4, 2014

It's Me (Tulisan Super Geje)

Hei, beginilah saya.
Yang geje kalau menulis blog.
Yang lebih senang sendirian dibandingkan di tengah banyak orang.
Yang menikmati makan ayam dengan senyum mengembang dan kebahagiaan penuh.
Yang tersenyum gembira ketika bisa menemukan sinyal di puncak terpencil sebuah daerah di Ende.

Dan beginilah saya.
Yang kadang marah tanpa jelas, bete tanpa jelas, atau bisa menjadi gila tanpa jelas.
Yang bahkan bisa bungkam seribu bahasa ketika berada di tengah banyak orang.

Well, jika ingin mengenal saya, maka berbicaralah dengan saya ketika suasana hati kita sama-sama nyaman.
Ajaklah saya menikmati pantai--karena pantai akan membuat saya benar-benar bahagia.
Tersenyumlah dengan lugas dan buatlah saya tersenyum.

Dengan begitu, saya akan mengucapkan: selamat datang di hidup saya.
Dan saya akan menyebutmu: temanku, sahabatku.

@Kota Ende, 4 Maret 2014

Monday, March 3, 2014






Hanya sesederhana ini, terimakasih untuk sudah membuat hari-hari saya berwarna. Terimakasih.

Hore...Saya Menang!


Postingan kali ini bukanlah postingan yang menyebutkan bahwa saya menang undian atau hadiah sekian juta rupiah. Justru, postingan ini saya tulis berdasarkan pengalaman saya. Sejak memakai nomor telkomsel terhitung enam bulan yang lalu, sudah puluhan SMS menang undian berhadian saya terima. Contoh:

Selamat Anda memenangkan undingan Untung Beliung Britama dengan nomor undian XXXXX. Silakan cek di website kami www.@^%$@&#(.blogspot.com

Selamat Anda memenangkan uang tunai sejumlah 75jt. Nomor PIN XXXX. Cek di www.%(*&^%^$#%^.weebly.com

Uangnya dikirm ke Rekening ini aja BANK BRI a/n XXXXXXXX No. Rekening XXX-XXX-XXX

Kami dari BANK BRI sudah telepon Anda tidak tersambung jadi kami SMS PIN pemenang anda (XXXXXX) mendapat hadiah dari untukng beliung BRITAMA untuk info Klik: www.pestaBANKBRI.blogspot.com

Terkadang SMS yang dikirimkan dari BRI/BRITAMA, kadang dari MKIOS, kadang dari Telkomsel juga—lebih seringnya telkomsel. Terkadang, hadiahnya pun beragam. Mulai dari mobil, emas, uang sekian puluh bahkan ratusan juta, dan sebagainya yang bikin semua orang pasti langsung ngiler. Rasanya WOW banget kan bisa dapet undian begitu? Bahkan yang meyakinkannya ada nomor PIN dan web resminya juga.

Tapi, selalu, SMS tersebut akan saya HAPUS seketika. Mengapa? Ada tiga poin penting mengapa SMS tersebut adalah bullshit belaka.

Pertama, nomor yang digunakan adalah nomor ponsel. Biasanya, jika itu sifatnya resmi dari penyelenggara undian beneran, maka nomor yang digunakan umumnya nomor 3 atau 4 digit saja. Contohnya, telkomsel akan menggunakan nomor panggilan 444 saat ada undian emas, itupun sifatnya opsional dan terbuka, bukan secara tiba-tiba datang dan menang tanpa tahu ada program apa.

Kedua, alamat website yang gratisan. Mana ada sih, penyelenggara undian mewah yang memposting daftar pemenangnya lewat website gratisan semacam blogpsot, wordpress, bahkan weebly. Kalau sudah ada alamat begitu, saya positif langsung PENIPUAN.

Ketiga, bahwa saya tidak pernah percaya dengan undian-undian begitu yang dikirimkan ke ponsel saya. Ikuti kata hati. Dan ingat, uang itu tidak datang secara instan mak clinggg, tetapi harus dengan kerja super keras.

Memang hanya tiga hal itu saja yang bisa saya tekankan, karena memang tiga hal itulah yang menjadi poin pentingnya. So, bagi siapa saja yang pernah menerima SMS menang undian seperti itu, hati-hati saja deh, jangan sampai kita tertipu dengan menggelontorkan sejumlah uang tetapi hasilnya nihil.

Postingan Edisi Nyinyir


Baiklah sebelum melanjutkan membaca isi postingan ini, sebaiknya saya tegaskan dulu bahwa saya orang yang cinta damai dan tidak menyukai permasalahan. Apa yang akan saya tulis ini hanyalah apa yang saya rasakan, tetapi bukanlah pemicu sebuah permusuhan. Well, jadi, saya harapkan, bacalah postingan ini dengan cukup bijak. Saya tidak pernah punya niatan untuk menyindir siapapun. So, kalau merasa tersindir...ya itu—saya tekankan lagi—di luar niat saya.

Betewe, saya memang pacaran sebelum menikah, tetapi jauh dalam hati saya tahu bahwa itu menyalahi aturan agama, tetapi rasanya ketika ada orang (yang sudah menikah) nyinyir dan bilang dengan sinis, ‘Kita ta’arufan lho, dan bukan pacaran kayak kamu’, hati saya kok rasanya makjleb banget sih, serasa pengen bilang, ‘maksud lo apa?’ dengan keras (dan super muntab) di depannya. Tapi tenang, saya tidak pernah melakukannya, saya hanya akan diam. Well, saya memang orang yang cinta damai dan menghargai setiap perbedaan prinsip hidup, so saya selalu berkata, ya sudaaaaaahhhlah kalau memang beda. Terus mau bagaimana? Mau dipaksa ta’arufan? Nggak juga kan, yoweslaaaaahhhhh..mind your own bussiness gituhh!

Setiap orang menemukan jodohnya dengan caranya masing-masing. Dan bagi saya, itu bukanlah sebuah negosiasi, karena kita tidak bisa bernegosiasi dengan kehendak Tuhan. Tetapi, bila memang saya harus bersama dia saat ini, tanpa ikatan lebih dari pacaran, maka saya akan menunggu. Menunggu. Karena apa yang kami niatkan ini bukan untuk main-main. Tolonglah, umur saya sudah berapa, umur dia sudah berapa, dan kami masih main-main????!!! Helloooo??!!! Seolah kami ini anak-anak bau kencur sajah!!!

Dan tolong, jangan men-judge seseorang yang berpacaran sebelum menikah, MESKIPUN dia punya pemahaman agama yang baik, dengan jilbab yang super gede, dengan jenggot sepanjang satu meter (okelah, skippp!), ataupun dengan baju yang srundak srunduk (tidak bermaksud mengecam aliran tertentu). Karena menurut saya, pacaran atau tidak itu pilihan, ta’aruf atau tidak itu pilihan. Tapi, bahkan setiap pilihan pun datang karena ada kesempatan. Dan saat ini, saya memilih untuk berpacaran dan kesempatan inilah yang datang—bukan kesempatan untuk ta’arufan. Bukan karena saya tidak mau ta’aruf, karena Tuhan sudah menunjukkan cara saya bertemu dengannya lewat jalan ini. Lewat pacaran.

Dan tolong, saya tidak pernah men-judge orang-orang, jadi berhentilah menghujat kami, yang berpacaran sebelum menikah. Inti dari menikah bukanlah dari bagaimana cara kamu menemukan jodoh, melainkan niat dari menikah itu.

Dan saya, dengan bangga, belajar dari dia yang saya titipkan setengah hati saya, bahwa menikah harus diniatkan untuk BERIBADAH pada ALLOH. Sudah. Itu saja. Tidak ada koma. Bukan karena dikejar deadline menikah, bukan karena dia cowok terganteng dan tersholih yang saya temui, bukan karena saya ingin punya anak, bukan karena saran dari orangtua, dsb. Hanya satu: untuk beribadah kepada ALLOH.

Jadi, berhentilah untuk menghujat dan mengecam kami. Karena suatu hari, sesuai sebuah peribahasa, ‘siapa menanam dia menuai’, maka jangan sampai apa yang sudah kau ucapkan akan berbalik ke mukamu sendiri. Thats it. Done!

Doa-doa Cinta


Di bawah lentera malam yang memancar redup
Ku hadirkan bayangmu lewat sudut gelap
Rindu yang merajuk ingin memeluk
Tapi jarak menjadi terlalu jauh untuk dijangkau
Penantian ini serasa seabad lebih
Menghitung detik yang berlalu
Karena lantunan doa menjadi pengikat hati kita
Di saat raga tak dapat bersua

Duhai lelaki berwajah teduh...
Betapa kosong detik-detik tanpa dirimu di sini
Ku rasakan rembulan menjadi redup tanpa dirimu
Dan hanya kepala tertunduk melantunkan doa saja
Berharap kau di sana, merasakan hal yang sama
Hanya Dia Yang Maha Cinta
Ku pintakan segenap resah tanpa dirimu
Semoga suatu hari, rembulan terlihat elok kembali
Ketika ku nikmati bersama dirimu

@Ratenusa Village, 3 Februari 2014
Khususon untuk My Gabriel

Dia, Afren (Warna-warni Ende Part. 39)


Namanya adalah Fren.
Matanya yang bulat, bercahaya, dan selalu terlihat bersemangat membuat saya begitu tertarik padanya. sebenarnya tidak hanya karena kedua bola matanya yang membuat dia begitu memesona di mata saya, tapi karena kecerdasan dan semangatnya yang tidak pernah pudar. Sikapnya.

Tidak seperti jagoan-jagoan saya lainnya, Fren memiliki sifat yang unik. Memang sih, setiap anak itu unik. Bahkan 9 jagoan itupun tidak ada yang memiliki sifat yang sama, semuanya unik.

Afren saat serius mengerjakan UAS semester 1
Dia adalah anak yang akan langsung mengangkat tangan dan berseru menjawab ketika saya mengajukan pertanyaan—terlepas apakah jawabannya salah atau benar (seringnya salah :p)
Dia adalah anak yang akan hati-hati dalam menjawab pertanyaan saat ada tugas atau ulangan—tidak buru-buru agar cepat selesai, terkadang bisa menjadi yang terakhir—meski hasilnya tidak selalu menjadi yang terbaik.
Dia adalah anak yang tidak selalu menjadi nomor satu, tetapi selalu berjuang keras dan tidak pernah menyontek.
Dia adalah anak yang akan ramai dan main gila dengan anak lain, kemudian saya akan melotot ke arahnya dan dia akan menangkupkan kedua tangannya sambil berkata: ‘Ampun, Bu.’ dengan tatapan mengiba dan merasa bersalah.
Dia adalah anak yang akan bertanya, ‘Ibu marah pada kami ko?’ ketika saya selesai membentak mereka karena mereka kacau dan bikin saya jengkel. Tapi, saya pun akan tersenyum kepadanya, menggeleng pelan, ‘Ibu tidak marah.’
Dia adalah si pembuka kunci dan penutup kunci kantor dan gudang kami di sekolah—selalu pulang paling akhir, dan saya selalu berkata, ‘Jangan lupa kunci kantor dan tutup pintu kelas e?’
Dia adalah anak yang sangat antusias bertanya pada saya, ‘Siapa yang rangking 1, Ibu?’ saat-saat sebelum penerimaan rapor semester 1 kemarin. Berharap saya akan menyebutkan namanya, tetapi saya selalu menolaknya, karena memang ‘dialah’ yang rangking 1.
Dia adalah anak yang selalu berlari sambil menirukan suara motor—pura-pura naik motor, ‘Ngeng ngeng ngeng’. Padahal jalan naik turun tetapi dia tetap berlari. Lucu dan semangat. Seolah dia berada di arena balap.
Dia adalah anak yang merengek minta sepatu sampai menangis karena saya bilang ‘besok harus pakai sepatu’, padahal saya tidak seserius itu -_-
Dia adalah anak yang ketika saya menatapnya, dia tersenyum meringis, menampilkan sederet gigi putih, dengan dua gigi serinya menonjol seperti kelinci (teringat gigi Hermione :D)
Dia adalah anak yang akan mengatakan ‘iya’ untuk semua perintah saya.
Dia adalah anak yang memanggil anak lainnya, ‘Bos!’ entah untuk Bos Keni, Bos No, ataupun Bos Oni. Lucu...anak-anak lainnya mengikutinya.
Dia adalah anak yang akan berseru girang saat mendapat nilai paling bagus, tetapi juga menerima dengan lapang dada ketika nilainya jelek... ‘Ah, gue hanya dapat 60 saja, Bos Keni!’ (saya hanya bisa tersenyum simpul di dalam hati)
Dia adalah anak yang akan sangat khusyuk saat berdoa: memejamkan mata dan menangkupkan kedua tangannya dengan khidmat, sementara dahinya berkerut tampak berkonsentrasi sekali.

Ah, saya merasa sangat menyayangi Fren.
Tapi, tentu saja saya menyayangi mereka.
Berharap, suatu hari dia akan menggapai impiannya. Oh ya, saya pernah meminta mereka menulis apa cita-cita mereka. Dan cita-cita Fren adalah:
 “Menjadi polisi karena menembaki musuk. (di bagian ini saya tertawa)
Cara yang harus saya lakukan adalah dengan rajin berdoa, berlari, dan berdoa.”

Semoga cita-citamu tercapai, Nak.

@Ratenusa, 19 Februari 2014
#beberapa hari ini saya kehilangan senyumnya di kelas karena dia kena cacar air, berharap semoga dia baik-baik saja ^^