Wednesday, January 22, 2014

Postingan Edisi Christmas... (Warna-warni Ende Part.30)


Apabila kita membandingkan antara perayaan Idul Fitri dan Christmas, tentu saja keduanya jauh berbeda. Well...itulah yang saya alami.

Liburan kali ini saya Natal di bukit. Tanpa maksud apapun selain bantuin masak dan mengenal masyarakat di sini. Hujan membuka pagi ini, tanggal 25 Desember. Semua orang mulai sibuk dan sebagainya. Cuaca tidak mendukung. Hujan. Saya hanya melihat orang hilir mudik. Ada yang mandi, angkat air, sudah berangkat Misa, dsb. Beberapa orang dari Nakawara berjalan melintas, dengan pakaian baru, sandal dijinjing, dan daun pisang atau talas di tangan untuk melindungi agar tidak kehujanan. Tidak matching sebenarnya, ketika gaun-gaun cantik dengan renda dan pita, sandal high heels, dipakai di sini, yang notabene becek, berbatu, dan salah tempat banget. Tapi...ya sudahlah, saya makhlumi...

Jam 10 mulai sepi. Saya mandi dan cuci. Benar-benar hening. Dari kejauhan terdengar suara koor gereja Worombera. Saya lihat, gereja itu penuh orang, bahkan orang-orang yang berdiri di luar bangunan itu pun terlihat dari tempat saya mencuci baju.

Sumber Gambar

Selesai mencuci, telfon-telfonan dengan Mas Pacar dan ngemil.... (alhamdulillah banget tiba-tiba ada sinyal nyasar selama 1 jam).
Selesai itu, misa pas selesai.
Karena Bapak dan Mama belum pulang, saya diundang ke rumah Manto dan kami makan di sana. Sudah ada beberapa Mama, diantaranya Mama Refan, dan juga keluarga Viki. Kami makan ayam yang semalam saya potong. Selesai makan, saya duduk-duduk di serambi rumah Mama Rina. Ramai orang hilir mudik. Beberapa yang cukup tahu sopan santun, mendekat dan menyalami saya. Rupanya tradisi Natal di sini adalah berjabat tangan dan memberi selamat. Entah sudah berapa puluh tangan menjabat saya sampai saya mengetik postingan ini.

Akhirnya, Bapak dan Mama pulang. Saya lantas membantu ini itu, bikin kopi, nyiapin makan, jadi pelayan (maksudnya ngeluarin minum dan makan), juga cuci piring. Ngobrol ngalor ngidul dengan para tamu yang datang. Makan kenyang. Ramai banget. Roaming juga, meski saya agak paham topiknya.

Hujan seharian, jadi saya tidak diajak pergi kemana-mana. Kata Mama tempo hari, kita bisa pergi ke Nakawara. Tapi, karena hujan, kami hanya di rumah saja. Beberapa anak muda berkumpul di Nakawara dan pesat moke sambil memasang speaker dengan keras. Alhamdulillah tidak di sini. Saya ngeri juga membayangkan anak muda itu pada mabuk, hiiii...

Well, begitulah Natal di Nakawara. Secara garis besar, semuanya terlihat seperti hari-hari biasanya—minus baju baru dan bagus ketika ke gereja. Tidak ada acara membersihkan rumah, masak besar, camilan banyak, dsb seperti saat Idul Fitri. Saya hampir tidak melihat perbedaan dengan hari-hari biasa, karena masih banyak juga anak-anak yang sepulang gereja berganti pakain kumal, main sana-sini, dsb. Tapi, setidaknya, hal ini bisa menjadi pengalaman menyenangkan ^^.

#satu tahun untuk selamanya, 25 Desember 2013

No comments:

Post a Comment