Wednesday, January 22, 2014

Menggila di Bitha Beach (Warna-warni Ende Part. 34)


Memang, kalau sudah satu hari merasakan hal-hal gila itu, maka hari berikutnya haruslah merasakan kegilaan yang lebih gila lagi. Saya merasakannya. Lagi.

Bitha beach adalah the next destination dalam list wisata kami. Letaknya adalah di timur Bandara (sepertinya sih, karena saya benar-benar buta arah di Ende, hahahah). Kenapa kami memilih Bitha Beach? Karena tempat itu dekat. Kalau dilihat, berarti hanya di balik Gunung Meja, yang artinya di balik kontrakan kami, karena kontrakan kami tepat berada di kaki gunung Meja.

Acara dadakan lagi. Kami berangkat pada jam 3 sore. Sayangnya, di tanggal 1 itu—yang artinya tahun baru, hampir tidak ada bemo yang beroperasi. Menurut pendapat kami, bemo tidak beroperasi karena malam sebelumnya banyak orang mite alias begadang sampai malam. Tapi, beruntung, ada bemo yang beroperasi. Kami menuju Bitha Beach.


Bitha Beach
Bitha Beach hanya berjarak sekitar 10 menit naik bemo dari Pasar Mbongawani. Ongkosnya adalah Rp 2.000,00/orang. Kami turun di depan Bharata Dept. Store, satu-satunya toko besar yang ada di kota Ende (jadi, semacam Gardena atau Matahari-nya Ende). Dari Bharata, kami berjalan kaki sekitar 15 menit. Tidak terlalu jauh, tapi memang jalan untuk menuju ke pantai itu tidak terlihat seperti jalan arah pantai, karena jalan menuju ke sana adalah jalan setapak yang seolah menuju ke pemukiman penduduk. Namun ternyata, jalan itu menuju ke Bitha Beach. Kami berjalan selama kurang lebih 15 menit. Dari perkampungan, jalan berubah menjadi padang ilalang. Hawa udara laut mulai tercium.

Pulau Koa menyapa. Biru. Hamparan pasir. Indah. Ramai orang.
 
Ya seperti yang biasa dilakukan, alih-alih duduk dan menikmati pemandangan, kami langsung mengambil kamera dan asyik potret sana-sini dengan objek yang berbeda. Sesi pemotretan itu berlangsung selama 1 jam hingga salah satu dari kami memiliki ide untuk melakukan kegilaan: membuat video joget.

Well, saya tidak pernah bersahabat dengan joget. Saya tidak suka joget di depan umum dan saya memang tidak bisa. Tapi karena DIPAKSA, maka saya ikut juga. Ada beberapa video yang kami buat, diantaranya goyang oplosan, goyang cesar (i skip this one), hingga Mars SM3T, dan yel-yel kami. Semuanya kacau, hahaha... Dan menjadi tontonan gratis bagi semua orang yang ada di tempat itu, benar-benar menjadi biang malu saja. Heeemmmmh...

Matahari sudah condong ke barat ketika kami memutuskan untuk pulang. Di jalan kami mampir sholat dan makan di Warung Lamongan. Ternyata cukup dekat dengan Hero sehingga kami mampir ke sana. Jam 9 malam selesai dan tidak ada bemo. Hasilnya, kami pun jalan dari Hero ke Ujung Aspal. Long march. 1 jam. Mendaki dan menurun. Baju sudah basah ketika kami sampai di rumah. Hari itu, tidak akan terlupa.

#satu tahun untuk selamanya, 1 Januari 2014

No comments:

Post a Comment