Wednesday, January 22, 2014

Bakar-bakar di Pinggir Pantai, Pesiar Seru (Warna-warni Ende Part. 32)


Setelah membahas berbagai agenda dalam rapat bersama dengan seluruh peserta SM3T dan direncanakan agenda untuk wisata ke Riung—yang saya tidak jadi ikut, maka saya pun membuat semacam liburan sendiri. Kenapa saya tidak jadi ikut ke Riung? Pasalnya, cuaca bulan Desember benar-benar tidak bisa diprediksi, Mas Aziz tidak mengizinkan saya, dan saya ada agenda untuk tahun baruan di Puudombo. Mengingat banyak pertimbangan, saya pun membatalkan keinginan untuk ikut ke Riung. Riung memang sangat menarik untuk dikunjungi, sehingga saya ingin mengunjunginya di saat yang tepat—dimana langit akan sangat tampak biru dan cuaca cerah sepanjang hari tanpa kekhawatiran adanya mendung yang merusak suasana.

Dan begitulah, hampir 20 anak yang pergi ke Riung.

Pada hari Minggu, sehari setelah rapat, Riung dipending. Saya bersama 9 anak meluncur ke arah Nanga Panda. Kami akan bakar-bakar ikan.

Mendung menggelayut manja. Kami mampir di Pasar Mbongawani untuk belanja kebutuhan. Rintik turun ketika kami sampai di Puudombo. Kami pun mengambil berbagai alat yang diperlukan untuk memasak dan melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan, hujan menjauh. Jalan Nanga Panda yang berkelok-kelok membuat beberapa orang merasa pusing dan mual—termasuk saya, wkwkwk. Udara dingin, ditambah lagi kami belum makan jadi rasanya benar-benar pusing. Setelah 10 menit berjalan, saya sudah tidur, zzzzzzzzzz...

 Saya sempat merasakan satu dua kali mobil pick up yang kami kendarai berhenti untuk membeli ikan dan nasi. Beberapa saat kemudian kami sampai. Saya bangun dan turun. Perasaan masih tidak nyaman. Tetapi, begitu melihat indahnya pantai dan matahari yang hampir tenggelam di balik bukit, rasanya benar-benar merasakan pantai selatan yang ada di Bantul. Rasa gembira menjalar cepat memenuhi setiap pembuluh darah. Pantai. Pantai... Saya menghirup aroma yang dikenal. Semuanya hampir sama—tertinggal satu frame saja, dimana saya bersama dengan Mas Aziz.

Kami lantas memulai berbenah-benah dan menyiapkan peralatan memasak. Ada yang membuat api, memotongikan, menyiapkan bumbu, dan sebagainya. Beberapa ada yang foto-foto gila, hehehe *pizz... Saya menjadi sie dokumentasi dadakan yang bertugas mengabadikan setiap momen di sana.

Snapshot di Pantai
Suasana menyenangkan melingkupi kami. Meski kebatukan asap, ketuncep duri, keamisan ikan, dan sebagainya, tetap saja semuanya terasa menyenangkan. Bang Mali, sopir kami, membawa satu sisir pisang mentah (entah dari mana) yang kami bakar. Jagung pun dibakar (yang gosong), dan ikan pun juga dibakar. Setelah 2 jam kami memasak, hidangan pun tersaji. Pokoknya, maknyusss banget. Jagung bakar, pisang bakar, ikan bakar, nasi, dan sambal puedasss yang nendang abiss. Apalagi kami sedang kelaparan. Dalam waktu tak kurang dari 30 menit, semua makanan sudah ludes... Alhamdulillah, nikmat.

Banyak pengalaman yang menyenangkan saya alami di sini. Dengan modal Rp 40.000 kami benar-benar merasakan pengalaman yang menyenangkan. Rasa kesetiakawanan, rasa persatuan dan kesatuan (halah) benar-benar membuat kami akrab. Rencana yang mendadak tapi terlaksana dengan sukses benar-benar mengasyikkan sekali. Kami masih sempat foto-foto gila, sholat di pesisir pantai, kecebur ombak, foto nangkring di atas pohon, blusukan potong daun pisang buat piring, dsb. Seru...

Selesai itu, kami berbenah pulang karena matahari sudah tenggelam di balik bukit. Udara sudah dingin. Kami pulang, menuju ke kota (lagi). Perjalanan berjalan sangat cepat, 35 menit saja. Alhamdulillah...hari ini benar-benar menyenangkan. Terimakasih Alloh...

Kemana lagi saya liburan kami ini? Tunggu postingan selanjutnya ^^

No comments:

Post a Comment