Saturday, December 14, 2013

Selembar Daun Pisang (Warna-warni Ende Part. 24)


Hujan datang setiap hari. Desember benar-benar menjadi hari yang basah. Bahkan ketika saya turun tempo hari, setiap hari basah. Beruntung, pada hari dimana saya harus naik, mendadak langit cerah. Dan saya pun bisa naik hari itu. Alhamdulillah...Alloh benar-benar memberikan waktu yang tepat ^^

Daun Pisang untuk Menutup Baju Bersih
Beberapa hari ini, bukit mulai dipenuhi kabut. Kabut yang turun saat hujan turun. Pagi, siang, sore, malam, sering sekali ada kabut. Anehnya, kabut itu tidak terasa dingin seperti kabut-kabut yang ada di Jawa. Misalnya, ketika kapan hari saya menjelajah Dieng dan Wonosobo, ternyata cukup banyak kabut yang berhawa dingin. Magelang pun juga demikian. Bahkan, Bantul yang jarang berkabut, ada kalanya satu atau dua kali saat pagi-pagi jam 6 begitu, ada kabut yang hawanya dingin. Tapi di sini, kabut tidak dingin. Suhunya nyaris seperti biasanya. Hangat dan tidak dingin. Mereka juga datang dan pergi dengan cepat. Misalnya, sekarang berkabut, tapi 5 menit kemudian sudah tidak. Entah apa penyebabnya.

Satu keunikan lainnya dari bukit ini adalah adanya kali dadakan di dekat sekolah. Kali itu hanya mengalir saat hujan deras. Jadi, sudah beberapa hari ini air di situ mengalir. Penduduk pun memanfaatkannya untuk cuci dan mandi.

Hari ini saya berkesempatan untuk jalan-jalan mengunjungi si kali bersama Fario. Baru sekitar 50 meter dari rumah, hujan turun. Bersama tiga orang anak, salah satunya Fario, dengan Hedwin dan entah lupa siapa yang satunya. Mereka berbondong-bondong mencarikan daun pisang biar saya tidak kehujanan. Jadi payung begitu. Dan karena tidak ada yang bawa parang, mereka menggunakan jepit rambut salah satu anak. Saya yang memotongnya. Dan tadadadaaaaaa payung alami pun berhasil dipotong.

Mereka dengan polos menyerahkan daun pisang itu dan memilih untuk kehujanan—memberikannya pada saya. So switt...

Anak-anak Cuci dan Mandi di Kali

Kami pun melanjutkan perjalanan. Sampai di kali, mereka lantas cuci dan mandi. Air terlihat keruh, sama sekali tidak jernih. Pengaruh tanah ikut terbawa sehingga warnanya keruh. Mereka dengan polos menanyai saya kenapa tidak mandi. Saya jawab, saya mandi di kakus. Tidak biasa saja untuk mandi di kali terbuka begitu, hehe...

Eh, ternyata sampai di sana, si sinyal mampir. Jadilah selama 20 menit mereka beraktivitas, saya pun asyik ber-SMS, membalas beberapa SMS yang baru masuk. Selepas mereka selesai kami pulang. Saya agak takut nanti Bapak dan Mama marah karena saya hujan-hujanan, hehe...

Begitulah hari itu...Saya memahami kesederhanaan mereka. Mandi dan cuci di kali... ^^
Hari yang menyenangkan, bukan? Rencananya saya mau goreng ubi talas habis ini. Nikmat sekali...hujan-hujan sambil ngemil yang panas-panas ^^

#Satu Tahun untuk Selamanya

No comments:

Post a Comment