Monday, December 30, 2013

Cooking with My Family Edisi Natal H-2 (Warna-warni Ende Part. 28)


Liburan kali ini, saya stay di bukit selama beberapa hari. Saya natal di sini. Well, agak rikuh juga karena saya kan muslim. Kata Mas Aziz, niatnya difokuskan untuk ‘menghormati’. Sudah itu saja. Jadi, begitulah, niatnya hanya sebatas itu.

Hari-hari pertama liburan saya geje di kamar. Niat awalnya tentu saja adalah mengerjakan semua administrasi kelas selama semester 1. Jadilah, saya mulai membabat silabus, RPP, prota, promes, dan juga semua kawan-kawannya. Boring. Serasa kembali ke rumah, tapi berbeda kondisi. Jadi kangen rumah; menikmati di dalam kamar sambil ngemil oishi dengan satu gelas goodday coolin panas, nikmat...

Lalu, H-2 natal, saya pun memasak.
Yap, saya memasak tart natal bersama dengan keluarga saya. Agak lebay, karena ini hanyalah roti biasa saja, roti paling sederhana tanpa topping dan campuran apapun. Well, saya memang berencana untuk membuat roti yang sederhana, supaya ketika orang-orang di sini praktik, maka tidak terlalu sulit dan makan biaya banyak. Kemarin, Mama turun Ende dan belanja untuk roti ini sampai habis 50ribu lebih. Makanya, saya bertekad untuk membuat tart yang oke punya.

Bahan-bahannya cukup sederhana saja, 4 butir telur, ovalet satu sendok, gula pasir satu gelas, tepung terigu 3 gelas, margarin 200 gram (sekitar 4 sendok) dilelehkan, vanili bubuk, dan coklat bubuk satu sendok saja. Resep ini saya sarikan dari beberapa sumber—memang tanpa takaran pasti sih. Cara membuatnya mudah. Alhamdulillah dapat pinjaman mixer dari Ibu Astin. Kami mulai memasak. Dan harus saya katakan, pada sesi pertama kami gagal. Kegagalannya disebabkan oleh, ovalet yang hanya satu sendok kecil, telur hanya 4 butir, dan tepung terigu yang terlalu banyak. Meski masih bisa dimakan, tapi lebih mirip brownies yang tidak pakai coklat. Ditambah lagi, loyangnya bueeeeesssar sekali, alhasil terlihat kecil sekali.

Lalu, pada sesi kedua, saya pun membuat banyak perubahan. Saya memasukkan 6 telur, ovalet banyak, dan mengurangi terigu. Saya juga memasukkan semua coklat yang tersedia.

Baiklah, beginilah cara memasaknya.
Pertama, margarin/mentega dilelehkan terlebih dahulu. Oles loyang dengan margarin/mentega. Panaskan dandang. Setelah itu, kocok telur dengan ovalet hingga mengembang. Setelah hampir berwarna putih, masukkan gula pasir, kocok terus sampai berwarna putih. Setelah itu, kecilkan mixer dan masukkan tepung terigu, tambahkan sedikit vanili. Masukkan tepung terigu sedikit demi sedikit agar tercampur rata dan tidak terlalu banyak (kalau sudah terlalu kental, harus di-stop). Terakhir, beri coklat bubuk. Campur rata, masukkan ke dalam loyang, lalu kukus selama 20 menit. Ohya, jangan lupa tutup dandang diberi kain lap agar uap yang menetes tidak sampai mengenai roti sehingga jadi jelek—semacam ada kawahnya.


Dan akhirnya, jadilah tart sederhana dengan rasa coklat ^^. Saya sebut saja Tart Coklat Natal.

Ohya, bahan-bahannya memang sederhana sekali, justru yang paling urgen dalam membuat kue/roti. Setelah ini, nanti bisa diberi aneka topping sesuai selera, misalnya coklat diganti kopi, ditambah kismis, ditambah meses, ditambah coklat blok, diberi ganache, diberi krim, dan sebagainya. Hanya saja, agar tidak terlalu kelihatan sulit, maka saya buat yang paling simpel ^^

Setelah tart yang sukses itu, saya masih memasak 2 sesi lagi untuk Kak Marta dan Kak Calita. Alhamdulillah sukses besar. Semuanya ‘terlihat’ enak—meski saya tidak nyicip. Tapi, semua orang yang memakannya sepakat: enak sekali. alhamdulillah ^^

Ada beberapa poin yang harus digarisbawahi kalau mau memasak di sini. Pertama, harus menyesuaikan dengan kondisi, terutama peralatan yang seadanya. Saya agak shock melihat ukuran loyang yang besar, sehingga ada kekhawatiran tart yang dibuat menjadi terlihat ‘mini’ (dan memang demikian). Peralatan yang sederhana itu juga membuat pengukuran resep yang sudah paten harus dikira-kira agar hasilnya tetap enak—saya agak galau menakar tepung dan gula, untungnya tidak terlalu manis ataupun terlalu encer. Sudah pas. Kedua, jangan membuat terlalu sulit, maksudnya baik dari bahan ataupun variasinya. Yang biasa dan simpel saja, paling mudah.
Satu tambahan lagi, kalau memasak roti itu, bukan tepung terigu yang terpenting, melainkan telur dan ovalet.

Begitulah, pengalaman kesekian kalinya saya memasak di dapur Ende. Saya sebenarnya berniat ingin membuat cake talas, tapi kata Mama tidak usah, akhirnya ya sudah membuat cake sederhana. Kapan hari lagi saya buat cake talas, lalu biar Mama dan Bapak mencoba dan kami praktik lagi.

Well, postingan saya memang aneh. Yap, saya memang aneh. Bukan karena kurang kerjaan, lebih pada keinginan untuk menulis saja. Menulis. Apapun. Karena apa yang sudah ditulis, saat itu, tidak akan bisa terhapus kecuali dihapus. *tambah ngaco....

#satu tahun untuk selamanya.
23 Desember 2013, @bukit Ratenusa

No comments:

Post a Comment