Saturday, December 14, 2013

Ku Panggil Dia Pussy (Warna-warni Ende Part. 26)


Ada teman baru di rumah. Dia sudah bersama dengan kami sejak satu minggu yang lalu. Dia adalah seekor kucing.

Honestly, saya itu paling takut dengan yang namanya kucing. Entah takut apanya. Apakah taringnya, cakarnya, isi dalam telinganya yang bikin jijik, atau karena virus toksoplasma yang ada di bulunya. Yang jelas, saya tidak mau dekat-dekat dengan kucing. Itu sudah terjadi sejak saya masih kecil. Jadi, di rumah itu tidak ada yang namanya hewan peliharan. Kalau ada kucing mendekat, saya lantas memasang tampang ngeri dan takut. Yap...saya tidak suka kucing!

Tapi, si kucing tiba-tiba ada di rumah saya ini—di Ende. Seekor kucing belang kuning-hitan-putih menyambut saya saat saya dari kota tempo hari. Bapak bilang, kucing ini untuk mengusir tikus yang ada di rumah. FYI, tikus di sini ukurannya tidak seperti tikus di Bantul yang segedhe kucing—hasilnya, si kucing malah takut dengan si tikus, wkwkwk. Tikus di sini masih kecil-kecil.

Comot dari Internet di Sini
Ketika kali pertama dia mendekati saya, saya harus benar-benar menahan diri untuk tidak menjerit. Dia menggelendot manja di kaki saya, saya coba menahan diri agar tidak menendangnya. Saya menahan diri supaya tidak dipandang aneh oleh keluarga saya. Nggak lucu juga kan, saya sudah takut anjing, eh takut kucing juga -_- . Ah...saya memang takut. Tapi, pada akhirnya saya pun mulai terbiasa dengan si kucing yang mengelus kaki saya, bermain di seputar kaki saya, dsb.

Dan memang, sejak ada si kucing, jarang sekali ada suara tikus di sini.

Dan saya harus akui, di sini, saya tidak terlalu takut kucing. Mungkin hal ini disebabkan oleh ketiadaan hewan itu di sekitar saya selama 3 bulan, karena mayoritas di sini adalah anjing. Jadi, jika harus memilih hewan mana yang masuk rumah, jelas saya lebih memilih kucing.

Saya pun memanggil si kucing dengan sebutan Pussy ^^

#Satu tahun untuk selamanya, 8 November 2013

No comments:

Post a Comment