Sunday, February 16, 2014

The Day Before Monev (Warna-warni Ende Part. 36)


Monev, itulah hari yang paling ditunggu setelah sekian bulan kami di sini. Terhitung sudah bulan keempat kami di sini dan belum sekali pun ada dosen yang berkunjung untuk melakukan monitoring dan evaluasi (monev). Kata teman-teman yang ada di penempatan daerah Malinau dan Ngada, sudah dikunjungi oleh dosen—sementara Gayo Lues, saya dengar belakangan ternyata juga dikunjungi bersamaan dengan Ende. Makanya, kami yang ada di Ende berasa dianaktirikan karena sampai bulan keempat belum ada kabar adanya monev. Berdasarkan rapat pada awal bulan Januari lalu, alhamdulillah sudah ada kepastian bahwa monev akan diadakan pada akhir bulan. Yeeeiiiy. Berita bagusnya, pak rektor akan datang sendiri untuk mengunjungi kami. How amazing, rite? Hehehe...tersanjung banget bisa ditemui oleh Bapak yang satu itu—terlepas dari fakta bahwa dia adalah rektor saya dan ketua PWNU juga. Seolah bertemu dengan Bapak sendiri.

Hari berganti hari, kabar tentang monev pun datang pada hari kamis minggu ketiga. Tanpa tedeng aling-aling, SMS hari itu mengagetkan saya: sekolah saya terpilih akan dikunjungi.  Oh wow. Saya sempat shock selama beberapa saat, speechless tidak bisa mengatakan apapun. Memang, sudah ada perbincangan pada beberapa waktu lalu kalau sekolah saya akan dikunjungi, tapi masih dalam status pertimbangan. Dan ketika diputuskan bahwa sekolah saya yang dikunjungi itu adalah amazing. Mengapa amazing? Pertama, karena lokasinya yang harus ditempuh dengan melipir bukit dan tidak semua oto mau sampai di sana. Kedua, karena gedungnya yang merupakan gedung sekolah TERmengenaskan diantara teman-teman yang lainnya. Ralat: gedung sementara.

Well, apa yang akan mereka katakan ketika melihat sekolah saya? Bagaimana mereka bisa mendaki sampai di puncak bukit saya? Bagaimana mereka bisa ‘selamat’ melewati jalan yang saya rasa sangat ngeri itu? Well, jujur saja, saya takut ketika mereka harus naik ke tempat saya.

Tapi, karena itu adalah keputusan sementara maka saya menerimanya juga. Rencana kunjungannya adalah di SD K Magengura, SD N Nakawara, dan dua SD di daerah Wologai dan Mbani (namanya lupa, hehehe).

Hari Sabtu, 4 orang secara tiba-tiba datang ke rumah saya. Tujuan mereka sederhana: survey lokasi kunjungan untuk memutuskan apakah sekolah saya layak untuk dikunjungi, terutama dari sarana transportasinya. Mendadak rumah menjadi sangat ramai, memasak dan mengobrol. Ending kunjungan itu cukup sederhana, saya ikut turun. Saya dengan ojek setia saya.

Insiden kecil terjadi ketika kami turun bukit. Sebuah batu di tengah jalan terhempas ban sepeda motor sehingga mengenai sambungan knalpot di bawah stang. Knalpotnya pecah. Bunyinya keras (sempat saya pikir Bang Fe—si pengendara, terjatuh karena bunyi dentuman yang cukup keras). Kami turun dengan lebih hati-hati, berhenti di Puudombo sejenak (tempat KorKec saya). Ternyata si empunya rumah tidak ada, sedang mencuci oto pickup di Sungai Nangaba. Kami ngeteh dan mbiskuit sejenak, membicarakan rencana selanjutnya. Rencana awalnya adalah ketiga laki-laki itu: Bang Fe, Wira, dan Purbo menurunkan kami di Puudombo dan mereka melaju ke Mbani, sementara saya dan Mbak Eka lanjut ke basecamp. Tapi, rencana itu gagal karena motornya rusak. Kami pun memutuskan untuk pulang ke basecamp. Ke Mbani untuk sementara di pending hingga besok pagi. Kami pun cabut menuju ke basecamp.

Sesampainya kami di basecamp terjadi berbagai obrolah dan pertimbangan terkait lokasi kunjungan. Belum ada keputusan resmi bahwa sekolah saya akan dikunjungi, tetapi hampir semua orang berkeinginan untuk mengunjunginya—karena sekolah yang mengenaskan itu -_-“

Pagi datang, saya pun menagih jawaban pada KorKab. Kepastiannya adalah sekolah saya akan dikunjungi. Saya pun segera menghubungi ojek saya agar dijemput pada siang hari, agar dapat mengunjungi Ibu Kepala dan melakukan persiapan. Saya ke pasar dan berbelanja. Namun, siang hingga sore hari, saya galau sekali. Sederhana: ojek saya belum menjemput.

Hari itu, saya naik ke bukit lagi jam 7 malam. Yap, jam 7 malam. MALAM. Bisa dibayangkan? Saya? Naik? Jam? 7? MALAM? Memang horor dan ngeri. Siang saja sudah horor dan ngeri, apalagi malam kan ya??? Tetapi karena keadaan terpaksa saya pun memutuskan naik. Tentu saja saya terus berdoa sepanjang. Ada pesan khusus dari Mas Aziz untuk saya.

Jalan meliuk, cahaya motor menembus kegelapan.
Kegelapan tertinggal, titik-titik cahaya lain menandakan kehidupan di beberapa sudut malam.
Doa terlantun dalam diam.
Alloh bersamaku.

Alhamdulillah, setelah perjalanan yang cukup singkat, kami sampai di rumah Ibu Len. Setelah mengobrol dan membuat rencana sederhana, kami pun pulang. Bapak sudah menunggu di depan pintu dengan was-was—ekspresinya tampak gugup karena saya belum pulang. Ah, mendadak saya merindukan Bapak saya nun jauh di sana :*

Malam itu, saya mite hingga jam 2 malam. Kerjaan saya adalah menggoreng keripik dan membuat papan nama SD. Sebenarnya agak amazing juga ketika mereka membantu saya. Maksud saya, saya selalu melembur semuanya sendirian selama ini dan mereka bersedia untuk melembur untuk saya adalah sesuatu yang amazing sekali. dan guess what, itu adalah kali pertama saya begadang di atas bukit, hehehe *nggak penting banget.

Selama melembur itu, saya tidak tahan untuk bersikap tidak biasa. Beberapa kali saya berkata pedas—karena memang acara membuat papan SD tersebut terlalu perfeksionis. Saya bermaksud membuatnya sesederhana mungkin: dengan papan dan kapur. Tapi, beberapa dari mereka berpendapat untuk menggunakan kertas yang diprint kemudian dipotong barulah ditempel. Itulah yang membuat saya agak jengkel—yang belakangan saya sesali. Well, mereka sudah sebaik itu menemani saya begadang dan membuat papan SD, bagaimana mungkin saya menjadi begitu jahat??? Ketika akhirnya papan itu selesai, saya merasa gembira: hasilnya bagus dan sesuai dengan keinginan semua orang. Yap, terkadang, kita harus mengalah dengan pendapat kita dan mengutamakan pendapat bersama.

Well, bagaimana saat hari H monev? Tunggu postingan selanjutnya ^^
*Satu tahun untuk selamanya, 19 Januari 2014, Minggu

=Foto Belum Terpasang=

No comments:

Post a Comment