Sunday, February 16, 2014

Untukmu Sahabatku...


Teman dekat atau sahabat adalah seseorang yang akan selalu hadir ketika kita membutuhkannya.
Well, definisi itu tidak sepenuhnya salah, tetapi tidak sepenuhnya benar (untuk sudut pandang tertentu, tentu keluarga dan calon suami/istri menduduki tempat istimewa ini).

Selama beberapa tahun saya hidup di beberapa jenjang pendidikan, teman memiliki arti yang lebih dibandingkan sebagai seseorang yang akan selalu hadir ketika kita membutuhkannya. Lebih dari itu, teman memiliki tempat di hati, bersanding dengan jajaran nama yang familiar seperti Bapak, Ibuk, Mbak, Adek, dan (bahkan) Mas Pacar. Untuk keluarga besar, saya rasa orang-orang ini memiliki peran tersendiri, dan tidak selalu menjadi ‘seseorang yang akan selalu hadir ketika kita membutuhkannya’.

Entah sejak kapan terjadi, sekolah menjadi satu institusi yang paling mewajibkan seseorang untuk memiliki teman dekat atau sahabat. Well, mari kita sebuh mereka dengan istilah ‘sahabat’ saja supaya tidak terlalu panjang pas ngetiknya, wkwkwk...

Balik lagi ke topik kita, sekolah menjadi tempat dimana memiliki sahabat adalah hal yang wajib. Cobalah bayangkan, apa yang akan terjadi pada kita tatkala tidak punya teman di sekolah? Makan di kantin sendirian, menjadi orang yang paling akhir dipilih dalam tugas kelompok, weekend yang boring karena tidak bisa pijamas party, dan berkutat hanya dengan tugas dan perpustakaan saja. Bahkan memiliki pacar pun masih menjadi hal yang lumrah dibandingkan tidak memiliki teman atau sahabat. Jelas, orang akan dicap aneh apabila kemana-mana sendirian saja—terlepas apakah dia punya pacar atau tidak.

Sumber Gambar
Dan, well, saya pernah mengalami hal-hal seperti, entah di jenjang TK, SD, SMP, SMA, bahkan saat kuliah. Saya selalu kesulitan untuk memiliki teman (karena beberapa hal), sehingga hanya bersisa segelintir teman saja yang cukup dekat di hati yang hingga sekarang masih tetap dekat. Sebut saja di TK dan SD yang hampir tidak ada, SMP yang menyisakan satu orang saja, SMA yang hanya berkisar tak lebih dari 3, dan lebih banyak kuliah yang berkisar 5 orang saja.

Memang, memiliki teman adalah sesuatu yang amazing,.

Pernah saya menonton film ‘One Litre of Tears’ (versi asli yang dari Jepang itu), dimana tokoh utama begitu sangat mencintai dua sahabat yang dengan setia selalu bersamanya ketika si tokoh utama sakit. Saya bisa merasakan betapa hebatnya peran sahabat dalam masa-masa yang menggembirakan dan menyedihkan.

Saya pernah mengalaminya. Ketika saya berdarah-darah (oke, yang ini nglebay tingkat dewa) nangisin cowok, ketika saya bahagia tingkat dewa ketika merasakan kencan pertama, ketika terharu karena buku saya akhirnya selesai (dan terbit), ketika galau ngerjain skripsi, ketika tidak ada tempat untuk pergi, maka merekalah yang membuka pintu kos dengan tangan terbuka—selalu siap ketika saya mengalami hal-hal yang warna-warni. Merekalah teman dan sahabat saya yang hadir ketika saya butuhkan. Well, hal ini tentu saja terlepas dari peran keluarga, karena ada hal-hal tertentu yang pastinya tidak bisa kita bagi dengan keluarga.

Terimakasih, untuk segelintir orang yang mau berbagi dunianya dengan saya, yang dengan bangga saya sebut sahabat saya. Terimakasih untuk hadir dalam salah satu masa dalam hidup saya, memberikan berbagai pelajaran terbaik bagi saya. Ketahuilah, tanpa kalian, tentu saya tidak bisa sampai seperti ini. Dengan cara kalian masing-masing, benar-benar memberi makna tersendiri bagi saya dan kehidupan saya saat ini.

Dan saat ini, ketika melihat kalian mencapai cita-cita kalian, menikah dan akhirnya melahirkan, memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dari masa-masa lalu kita, maka saya akan turut berbahagia. Bahagia untuk keberhasilan kalian. Bahagia untuk masa depan yang indah.

Selamat. Selamat untuk pencapaian ini.

Senantiasa saya doakan semoga hidup kita sama-sama barakah dan mampu menjalani kehidupan sesuai dengan tugas kita.
Saya sungguh mencintai kalian.

#spesial postingan untuk orang-orang yang saya sebut sahabat, yang paling spesial untuk sahabat yang kini berbagi sepotong hati.

No comments:

Post a Comment