Friday, August 15, 2014

Menjelajah Komodo National Park Part. 1


Gerbang Masuk

Salah satu destinasi wisata yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah Komodo National Park. Kawasan ini menjadi salah satu dari keajaiban dunia. Well, seberapa ajaibkan tempat ini sebenarnya? Beruntung, saya bisa mengunjungi tempat ini pada liburan Idul Fitri tahun ini. So sad sebenarnya, karena Idul Fitri tahun ini tidak saya nikmati bersama dengan keluarga di rumah, melainkan di tempat pengabdian. Tapi, menjadi agak menyenangkan karena saya berkesempatan untuk mengunjungi Komodo. Yep, the last living dinosaur in this world. So, how’s it going?! Inilah ceritanya.

Rencana ke Komodo sebenarnya sudah terplanning sejak saya datang ke Tanah Flores. Hanya ada 4 tujuan wisata yang ingin saya kunjungi: Danau Kelimutu, Pantai Koka, Riung, dan Komodo. Danau Kelimutu sudah saya kunjungi di sini, begitupun dengan Pantai Koka. Riung sendiri saya jambangi ketika libur Paskah di SINI. Nah, the last, akhirnya saya kesampaian datang ke Komodo ketika ada tawaran touring bersama tim UNNES.

Budget touring kali ini adalah 850ribu dengan rincian 500ribu untuk 2 hari dan 1 malam di kapal, sedangkan 350ribu untuk charter bus pulang pergi, minus makan selama perjalanan menuju dan dari Labuan Bajo. Bagi saya yang kebanyakan travel guide menyediakan jasa wisata dengan IDR di atas 1 juta, angka 850ribu terbilang murah. So, dengan 8 orang lainnya dari tim UNY, saya pun berangkat.

Berangkat Dini Hari, Menunggu Bus

Perjalanan di mulai pada hari Kamis dini hari, pukul 3 pagi. Bersama dengan 19 orang lainnya, kami naik bus damri. Busnya nyaman, apalagi saya dapet kursi paling depan—antisipasi kalau saya mabuk—iye, saya mabukan -_-. Sebenarnya touring hari itu diikuti oleh 36 orang, sementara 20 orang naik bus dan sisanya dengan motor. Saya sih ngeri saja membayangkan harus naik motor dari Ende-Labuan Bajo yang berjarak +/- 500 km. Selain medan yang berliku dan penuh tanjakan dan turunan, badan yang capek menjadi faktor utamanya. Apalagi saya cewek. Kalau harus naik motor, tentu kasihan dengan yang boncengin saya kan, hehehe... *seandainya ‘kamu’ di sini, Bang ^^.

Start jam setengah 4 kami berangkat dari Ikan Duyung, basecamp tercinta. Bus melaju dengan kencang. Dari kota Ende, bus mengambil arah ke Nangapanda, menuju ke jalan lintas Flores. Suasana jalan masih sepi—dan memang selalu sepi sih—sehingga bus asyik saja menerabas jalanan. Sampai di Nangapanda, tepatnya daerah sebelum Numba, sopir bus berhenti. Saya masih bangun, belum tidur. Sopir bus keluar dari bus dan mengecek sesuatu. Setengah jam kemudian, sopir bus marah-marah, bannya entah kenapa, pintu bus yang tengah rompal—beneran guys, engselnya terlepas, dan dompetnya pak sopir hilang. Beberapa teman mulai keluar dan duduk di serambi masjid. Begitupun dengan saya. Satu jam berikutnya, kamu sudah melaju menembus jalanan Nangapanda dengan bus yang baru, yap busnya diganti. Alhamdulillah...perjalanan lancar. Kami menjemput salah satu teman di hampir Nangaroro, kemudian menembus menuju Bajawa dengan sunrise menemani sepanjang jalan. Saya pun mengantuk dan tertidur.
 
Pemandangan di Dermaga Labuan Bajo
Perjalanan hari itu memakan waktu kurang lebih selama 12 jam. Kami singgah di Aimere untuk makan (sarapan dan makan siang). Setelah itu, kami berhenti di Ruteng untuk bertemu dengan teman SM3T lainnya. Selanjutnya, bus melaju kencang menembus Mannggarai dan tidak berhenti lagi sampai kami tiba di Labuan Bajo jam setengah 7 sore. Kami berhenti di Masjid Labuan Bajo untuk sholat dan bersih diri. Selepas itu, kami makan di bibir laut Labuan Bajo, lesehan penyetan. Heran, dimanapun berada, lesehan penyetan khas orang Jawa selalu ada. Dinner-nya nikmat, meski minus satu, karena pesanan teh panasnya zonk alias tidak dapat -_-.

Bersiap Live on Board

Selesai makan, kami menuju pelabuhan. Ternyata, paket tour yang kami ambil adalah live on board. Artinya, kami akan tinggal di kapal selama tour berlangsung. Kami briefing sejenak untuk pembagian kamar. Karena banyak yang tidak bawa SB alias sleeping bag, kami diberi satu kamar kecil di dalam kapal untuk 5 orang. Jadi, malam itu, kami berdesakan di dalam kamar sempit dengan tas dan barang bawaan yang ditumpuk-tumpuk dengan seadanya. Tidak ada yang berniat untuk beres-beres. Kami langsung terlelap karena badan kecapaian.

Bersambung!

4 comments: