Wednesday, January 15, 2020

Qiqi Sekolah



Sudah sekitar seminggu ini Qiqi ikut sekolah Lubna. Ikut dalam artian masuk ke dalam kelas, mengikuti kegiatannya, dan ditinggal. Kemarin bahkan guru kelasnya, yang rumahnya berjarak 200 meter dari rumah saya, membawakan 2 set seragam sekolah dan 3 lembar formulir pendaftaran. Btw, Qiqi sudah 2 tahun 9 bulan. April mendatang, ia 3 tahun. Cukup usia lah untuk masuk ke PAUD. Well, ini hal yang baru banget buat saya, yang notabene selalu mengajar tetapi tidak pernah memposisikan sebagai orangtua dari siswa yang diajar. Ini perasaan baru yang aku belum bisa pahami.

Sekolah, Baik atau Buruk?



Selama ini saya beranggapan bahwa Qiqi akan sekolah NANTI setelah dia TK atau SD. It means, masih ada sekitar 2 tahun lagi--tidak perlu PAUD dulu, di rumah aja. Dia belum lulus toilet training *gampar aja emaknya yang MLZ ini. Dia juga belum cakap dalam melafalkan sebuah kata atau kalimat. Tapi, kosakatanya sudah buanyak sekali, mampu menyusun kalimat singkat dan bahkan bercerita (really, telling story about what happened this day, is easy for him). Emosinya cukup stabil, nggak ada terrible two, bisa diajak negosiasi, tidak ada tuh tantrum-tantrum di tempat umum.

Tapi, untuk sekolah yang sebenarnya, I can't say he's ready yet.

Kekhawatiran terbesar saya adalah apakah lingkungan baru ini akan berdampak buruk padanya atau tidak. Selama ini, kami selalu mensetting lingkungan terbaik untuknya. Ya oke, tidak bisa terbaik juga sih karena masih ada Mbah Kakungnya yang suka merokok, minimal dia tidak mendengar musik dangdut, kata-kata kasar, dan teman-teman bermain yang tidak baik. Dia bener-bener diajarkan dengan aturan tata krama yang baik, bilang maaf, terima kasih, dan permisi, hanya mendengarkan musik anak-anak, no TV kalau sama ortu (tapi tetep youtube kids sih hahaha), tidur tepat waktu, dan beribadah dengan taat, ikut ngaji, dll. Kami berusaha memberikan keteladanan dari orang tua dan siapa saja yang tinggal di rumah itu.

Nah, kalau dia sekolah? Dia akan berteman dengan anak lain yang berbeda latar belakang, sikap, emosi. Pasti akan ada yang menyanyi lagu dewasa (dangdut dan campur sari, OMG really not my style), jajan, merengek, tantrum, dsb. Ya oke, pasti akan banyak juga hal positif yang akan dia dapatkan di sekolah. Tapi, you know....sedikit banyak itu pasti akan berpengaruh ke perkembangan Qiqi. Dia akan imitate yang tidak baik--at least menurut value keluarga kami. I'm not ready for this. I'm not ready dengan hal-hal baru yang akan Qiqi bawa yang akhirnya kami harus 'memperbaiki' value itu agar sesuai dengan kami.

Tapi...

This is the reality.
This is what our parent do.
This is what our society do.

Jadi pada akhirnya,
Baik ataupun buruk, saya mau tidak mau harus merelakannya. Merelakannya untuk belajar hal baru di dalam ruangan bernama bangku sekolah. Saya harus siap dengan hal-hal baru yang akan dia dapatkan, baik ataupun buruk. Saya harus siap untuk mengarahkan jika ia membawa hal buruk. Dan yang terpenting, saya harus siap untuk membersamainya.


But deep down inside.
Rasanya pingin sekali dia sudah SD Kelas 1 dan saya ajak eksperimen membedah ikan, mengamati bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya, dan mengajari perkalian. Woy baru kelas 1! Tapi kalau dia mampu, why not. Lol

Ya ampun paragraf terakhir tidak nyambung. Bhay lah.

No comments:

Post a Comment