Monday, January 12, 2015

Happy Wedding Day My Friend (Part. 2)

Pict from Dion


Cinta adalah membagi duniamu dengan dunianya. Lahir dan batin
@arifah

Ketika aku mengguratkan kalimat itu, aku tak sepenuhnya paham. Iya, aku kan belum menikah. Masak iya memberikan wejangan bagi orang yang menikah? Kewanen iku, wkwkwk….
Tapi, sebagai seorang kakak (oke, umur saya lebih tua meskipun kamu nikah lebih dulu :p), aku tentu berkewajiban untuk memberikan petuah. Setidaknya, sejauh yang ku tahu. Biar nggak sok tahu. Jadi, itulah yang akhirnya tertulis di secarik kertas biru.

Doa-doa telah banyak mengalir untuk kalian. Semoga doa-doa itu terkabulkan. Begitupun doaku.

Rasanya baru kemarin, ya, kita membicarakan kisah cinta kita masing-masing. Dimulai dari hari itu,
diantara gedung-gedung tua kampus pgsd, aliran-aliran cerita mengalir setiap hari, bulan, hingga tahun. Meskipun nama yang sering ku sebut berubah-ubah seiring berlalunya waktu (iya, saya kan masih masa pencarian, ahaha :p), tapi nama yang kau sebut selalu sama: dia.

Dia, cinta pertamamu. Dia, cinta terakhirmu.

Dia, yang selalu selalu dan selalu kau puja dan kau cinta. Meski sedikit kau ungkapkan, tapi aku paham, apa yang kau rasakan lebih dari sekadar anak muda yang bilang: aku ki seneng tenan karo deweke.

Ketika ada yang bertanya padaku, apakah ada kisah tentang cinta pertama di masa kanak-kanak yang berakhir dengan bahagia, aku bisa menjawab ‘iya, ada’. Kisah kalian sudah cukup merepresentasikannya ^^

Dan itu tentu saja membuat kalian sudah mengalami pahit dan manisnya masa-masa kebersamaan. Sehingga—semoga, ketika nantinya kalian telah mengarungi kebersamaan berdua, benar-benar hanya berdua, maka kalian sudah lebih siap dalam menghadapinya. Meski tentu saja, apa yang akan terjadi nanti akan jauh berbeda dengan apa yang terjadi di masa lalu. Tapi aku yakin, kalian akan mampu (kalau belum mampu, ngapain nikah, coba? :p *intermezzo).

Lega dan bahagia sekali rasanya melihat kalian bersanding di pelaminan (untungnya aku nggak dateng waktu ijab, kalau iya, yakin aku pasti mewek :p). Dan, bersandingnya kalian di pelaminan itu adalah awal dari kehidupan lain: kehidupan berumah tangga.

Akan ada banyak sekali tanggungjawab yang kalian pikul. Ibarat sebuah perumpamaan yang selalu ku katakan pada Mr. A, pernikahan itu seperti mengendarai pesawat jet. Pesawat jet itu adalah pernikahan sementara pasangan kamu adalah pilot. Lalu kamu apa? Kamu akan menjadi co pilot, navigator, tukang masak, petugas kesehatan, tenaga administrasi (emang ada di pesawat, hahaha), cleaning servis, hingga penanggungjawab penumpang pesawat: anak-anakmu kelak (kayake kerjaane luweh akeh, ya? Wkwkwk).

Pesawat itu akan berjalan dengan baik bila antara pilot dan co pilot bisa bekerja sama. Jika tidak bisa bekerja sama, maka ‘Boooommmmm!’ pesawat akan jatuh bebas. Bahaya. Tapi kalau berhasil? Tentu saja, kalian akan sampai ke tujuan pernikahan kalian dalam keadaan yang selamat (silakan renungkan tujuan pernikahannya sekali lagi).

Maka seperti itulah kehidupan rumah tangga. Dibutuhkan kedewasaan, keterbukaan, penerimaan, dan tanggungjawab dalam membinanya, serta banyak sikap-sikap lainnya yang aku yakin kalian pahami (dan semoga bisa dipraktikkan). Pengalaman setiap harilah yang akan mendidik kalian, kebersamaan lah yang akan menjadi pelajaran kalian dalam membina rumah tangga terbaik.

Pesanku, manutlah padanya meskipun kau tak setuju. Pujalah ia, karena dia adalah nomor satu. Percayalah padanya seutuhnya. Karena hanya dia, dia, dia saja sekarang. 

Semoga, pernikahan kalian sakinah, mawaddah, warohmah, barokah, disertai rejeki yang halal dan cukup. 

Happy wedding day, sahabatku, saudariku, adikku, partner kerjaku, teman begadang, teman suntuk, teman curhat, teman mimpi-mimpi gila, teman berbagi, teman kini hingga nanti, Nisayu dan Hafidz.
From @arifah

#dan target ke 51 pun terlaksana: dateng ke nikahan nisa dan hafidz, *hihihi
#semoga apa yang aku tuliskan ini, kelak, juga bisa ku laksanakan. ben ora njarkoni (ngajari ora iso nglakoni :p)

11.01.2015, Bantul

No comments:

Post a Comment