Monday, September 27, 2021

Memaknai Cinta (Setelah 10 Tahun Berlalu)

 

Aku membaca kisah-kisah curhatanku di tahun 2011-2012.

Wow. Ternyata aku pernah sealay itu.

Ternyata aku pernah memuja seorang cowok begitu mendalam. Menguntai kata mendayu-dayu untuk mendeskripsikan betapa aku mencintainya. Cintaku hebat. Cintaku saat itu paling maha dahsyat.

Dan baru ku sadari sekarang bahwa:

NORAK SEKALI YA TUHAN SAYANG.

Hahahaha.

Rasanya janggal sekali membaca tulisanku yang alay sekali itu. Malu. Kok bisa sih ya aku sevulgar itu memaknai cinta. BIAR APA SIH? Tentu biar dia baca terus mau pacaran sama aku lagi kan. Dasar pisces tukang halu juara nomer 1 sedunia raya. Tapi ya maaf, nggak kejadian. Hahaha, si cowok ilfeel kali ya baca tulisanku yang norak banget hahaha. Maaf, ya, Kamu!

 


Setelah hampir 10 tahun berlalu. Mencecap pahit manis kehidupan. Merasakan dicintai dan mencintai oleh orang terbaik, ternyata tak perlu gombalan untuk menikah. Menikah butuh pengertian dan komunikasi. Cinta adalah landasannya. Cinta adalah pengokoh untuk dunia bernama pernikahan. Sekaligus, cinta adalah bibit yang harus terus bertumbuh di hati. Bibit abadi. Selamanya di hati.

Mengapa?

Agar tak lupa alasan menikah.

Percayalah, menikah itu hal remeh saja bisa jadi konflik maha dahsyat. Hal remeh semacam naruh gelas kotor di meja atau dicuci langsung pun bisa jadi perang dunia ke 4. Hal remeh semacam minum teh sendirian saja bisa bikin baper: kok dia ngeteh sendiri nggak mau sama aku apa udah nggak sayang (halo, kaum overthinking!).

Cinta akan membuat hal remeh temeh itu menjadi: ah sudahlah. Banyak hal lain yang lebih penting untuk dipikirin. Ga perlu buang energi untuk itu.

Cinta menjadi dasar untuk penerimaan atas segala baik dan buruknya. Cinta menjadi penyemangat untuk tetap mau bersama meski dihadang badai dari segala penjuru. Cinta menjadi penguat kala orang ketiga, keempat, kelima, hingga kesepuluh hadir. Cinta sebagai contoh nyata pada anak-anak bahwa sebuah pernikahan harus memiliki cinta agar bisa bertahan, agar anak-anak saling mencintai.

Halah ngomongin cinta. Makan tuh cinta!

Tapi percaya deh.

Kamu mau nikah pakai cinta atau nggak itu pilihan sendiri. Jalani sendiri.

Bisa nggak menikah tanpa cinta? Bisa aja. Kan yang jalanin kamu sendiri.

Tapi bagiku sendiri, nikah nggak pakai cinta itu hambar. Mana maulah aku hidup sama orang yang nggak aku cintai dan mencintaiku. Ogah ah.

Nikah sama Lee Joon Gi mah mau banget ya, ganteng, keren, suamiable banget lah ya, mana manis banget orangnya (ini dalam kacamata seorang arifatih ya, kacamata orang mah beda-beda). Tapi, apakah bisa bertahan pernikahannya? Kayaknya sih enggak. Tapi nggak tahu sih, kan HALU hahaha.

Well, pokoknya intinya gini sih ya.

  1. Aku malu baca cerita-cerita masa laluku kala cinta-cintaan hahaha
  2. Tapi aku bersyukur sih dulu nulis karena jadi tahu ternyata aku ada proses bertumbuh ya, dari alay jadi seeperti ini.
  3. Perasaan kuat di jaman dulu memberi banyak inspirasi untuk nulis cerita lainnya.

Makasih ya, diriku di masa lalu. Sudah meluangkan untuk menulis, untuk aku di tahun 2021 ini.

1 comment:

  1. saya juga merasakan hal seperti anda, jika membaca catatan harian atau diary saya yang dulu. rasanya tidak percaya kalau itu saya

    ReplyDelete