Sebenarnya,
rasanya aneh juga ketika menulis tentang AAU setelah 2 bulan saya di lokasi
begini, hehehe. Tapi, saya kan sudah janji di postingan pertama saya yang dulu
(cek di sini) untuk menulis tentang pengalaman prakondisi di AAU. So, here we
go, saya coba tulis apa yang terjadi selama 10 hari itu. Tentu saja yang
seingat saya saja, ya, hehehe.
Pra kondisi
adalah satu tahap terakhir dari seleksi penerimaan SM3T.
Ompreng, Makanan Sehari-hari di AAU, Sumber |
Well,
imagine that. Saya berangkat haris senin, hari sabtu masih masuk, dan nihil
persiapan. Sama sekali belum ada persiapan. Heemmm...
Ya
begitulah, saya kemrungsung. H-1 saya baru muter-muter cari kebutuhan sampai
jam 10 malam (malam terakhir bersamanya euy v.v *nangis satu ember). Saya
persiapan sampai hampir jam 3 pagi. Ngantuk, tapi harus tetap semangat.
Semangat!!!!
Senin pagi,
Mas Aziz datang ke rumah. Pagi-pagi buta. Ah...pertemuan terakhir dengannya. 5
menit saja. Saya menyerahkan buku cerita saya yang ingin saya berikan pada Dek
Ayuk. Dia mengangsurkan selembar amplop. Sudah excited banget isinya sepucuk
surat, ealah ternyata selembar tiket. Heheheh... Gomen Masnya, entah dimana
amplop itu berada sekarang *curcol.
Balik ke
cerita.
Saya pun
sampai di UNY. Bawaan saya adalah satu tas pakaian, satu ransel, dan ember.
Agak heran juga, ada yang bawa kopor buesar buanget. Tak hanya bawa satu, tapi
dua. Saya rasa bawaan saya super super sedikit. Ya memang sih. Tapi kata
teman-teman angkatan sebelumnya, tak perlu bawa banyak barang, cukup kaos untuk
tidur dan baju hitam putih saja. Dan hasilnya, bawaan saya memang sedikit.
Meski sedikit, alhamdulillah benar-benar berfungsi dengan maksimal dan tidak ada
yang mubadzir ^^.
Acara di UNY
berlangsung di ruang sidang rektorat. Rame banget. Semuanya berseragam hitam
putih. Hanya ada segelintir orang yang saya kenal, itupun entah berada dimana.
Saya duduk di samping Mbak Dewi yang langsung akrab. Ternyata penempatannya
sama, di Ende. Acara pertama adalah pembukaan yang dibuka langsung oleh Bapak
Rektor (Pak Rohmad Wahab).—mengingatkan saya pada Pak Habibie dengan cara entah
bagaimana, ehehehe ^^. Acara berikutnya adalah materi entah saya lupa dan juga
nonton film. Kami di UNY sampai jam 3, lanjut dibawa ke AAU. Kami dibawa dengan
bus AAU yang pernah beberapa kali saya lihat lewat di jalan. Yap, bus keren itu
saya naiki sekarang. Kelihatan wow banget euy. Dikawal dengan sirine, jadi bisa
nabras-nabras lampu merah. Pokoknya kelihatan eksklusif. Hahaha...norak banget
:p
Di jalan,
saya berusaha memetakan keramaian kota. Well, saya tidak akan melihat hal-hal
ini selama 10 hari. Selamat tinggal Jogja... *nglebay
Bus yang
membawa kami memasuki gerbang AAU. Wah...saya serasa keren. Kesempatan sekali
seumur hidup rasanya, warga sipil bisa masuk ke dalam lingkungan para karbol
seperti ini. Dan setelah gerbang, ternyata areanya sangat luas sekali. Perlu
waktu 10 menit sampai kami berhenti di sebuah lapangan luas. Bentakan dari para
pelatih langsung mengudara. Angkat kopor, bawa tas, bawa ember, kami berjalan,
berbaris, dan mulai diabsen untuk pembagian kamar. Saya sekamar dengan Yue dan
Mbak Ari.
Kalau
diminta mengingat-ingat, saya jelas tidak akan ingat detail dari semua kegiatannya.
Yang jelas, sudah saya tulis di buku, tapi ya itu, catatannya ada di pulau
seberang. Tapi, 10 hari itu benar-benar amazing. Ada beberapa hal lucu,
misalnya kami harus makan dalam hitungan 10 detik dengan nasi setara 2 piring
dan lauk komplit plit plit, 3 kali sehari, plus snack 2 kali. Jadi, mendadak
kami semua terkena sembelit. Ditambah, kami harus lari. Ditambah kami harus
mandi dan sholat dalam waktu 5 menit. Serasa balik lagi menjadi tonti.
Hehehe... tapi karena sudah pernah jadi tonti jaman SMA dulu (jaman masih
culun, wkwkwk), saya sih cuek aja dengan bentakan-bentakannya.
Kegiatan di
AAU antara lain adalah penyampaian materi. Selama 4-5 hari kami klasikal di
gedung BSM (Balai Prajurit Sabang-Merauke). Setelah itu, kami dibagi per
kelompok sesuai penempatan selama 2 hari. Setelah itu, selama 3 hari kami
kegiatan di luar.
Penyampaian
materi di gedung BSM tentu saja menjadi agenda yang paling boring. Ngantuk
banget. Saya sering banget tidur, hehehe. Bahkan pernah saya tidur 2 jam dalam
posisi duduk. Aneh memang, tapi saya rasa saya cukup ahli untuk tidur dalam
posisi duduk, hahaha. Tapi, materinya tentu saja penting. Saya memerhatikan
juga kok, hehe. Tapi kalau materi yang membosankan ya, tinggal tidur saja.
Banyak juga peserta yang tidur secara terang-terangan.
Penyampaian
materi secara grouping lebih menarik, soalnya kami langsung praktik dan ada
pemberian materi tentang daerah tujuan. Jadi, benar-benar usefull dan kalau
tidak mendengarkan sangat rugi banget. Saya tidak bisa tidur. Terlebih karena
posisi tempat duduk yang kalau tidur bisa langsung ketahuan, jadi cari amannya
saja begitu. Saya banyak akrab dengan teman-teman satu penempatan (ada 46
orang). Mulai ada skandal satu atau dua.
Mulai ada genk-genk an. Mulai kelihatan mana yang bossy, pendiam, culun, tidak
berminat, ekslusif, individualis, dan sebagainya.
Outbond di
luar menjadi hal yang sangat menarik. Kami mencari lokasi dengan kompas (yang
akhirnya nyasar ke gunung dan turun jurang tanpa alat pengaman—pengalaman seru
banget dengan teman-teman), makan ular, naik gunung, bakar telo pendem,
penyeberangan basah, penyeberangan kering, halang rintang, sampai turun heli—ah
apa namanya lupa, yang jelas turun dari papan begitu lah, yang tingginya lebih
dari 20 meter. Rasanya? Dislentik langsung
tiba, hehehe... Saya sampai gemeteran begitu sampai di atas. Tapi seru.
Pengalaman yang seru banget...
Ada juga
beberapa hal seru lainnya, misalnya saja pentas seni di malam terakhir dimana
saya kebagian jatah baca puisi. Ada juga malam gala dinner (saya menyebutnya
demikian, meski sebenarnya hanya makan malam biasa), bersama para karbol. Kami
dandan cantik untuk makan malam dengan karbol. Begitu masuk ke aula, saya
langsung disambut oleh seorang karbol dengan senyum menawan, “Mari ikut saya,”
katanya. Serasa seorang putri yang dijemput pangeran *gubraaaakkkksss.... Tapi
ya saya ikut juga. Mengekor di belakang karbol itu, melewati banyak meja yang
sudah terisi penuh. Saya dipersilakan duduk di meja mereka. Di tengah. Ada dua
orang peserta SM3T, cowok yang juga sudah duduk. Ada 3 karbol di sana. Seorang
senior memperkenalkan diri sebagai Ihsan. Mereka ramah. Kami banyak mengobrol
tentang banyak hal. Lucu. Malam yang lucu.... ^^
Ya...pengalaman
di AAU memang menarik. Sangat menarik. Awalnya waktu berjalan lama, tapi
tahu-tahu sudah hari terakhir dan kami bahagia sekali. Hari-hari awal yang
menegangkan, makin lama makin lumer dan akhirnya menyisakan banyak kenangan.
Berat di awal, tapi tampak ringan di akhir.
Mungkin
begitu jugalah yang akan saya alami selama saya di Ende ini. Memang waktu
berjalan sangat lambat di awal, tapi seiring berjalannya waktu, maka lama
kelamaan pun akan sampai pada titik kepulangan juga. Memang akan terlihat berat
di awal, tapi tentu saja pasti akan berakhir dengan ringan dan menyenangkan. Di
akhir nanti, pasti ada perasaan bahagia.
Kata-kata Penyemangat di Dinding Kamar Rumah Nun Jauh di Sana |
Heeemm...saya
rasa proses 10 hari di AAU menjadi momen yang benar-benar berguna untuk satu
tahun ke depan di tempat pengabdian. Saya merasakan sedihnya tidak memakai hape
selama 10 hari. Saya merasakan tidak ada kontak dengan siapapun kecuali lingkungan
sekitar. Saya merasakan bagaimana rasanya diburu waktu. Saya merasakan
bagaimana capeknya badan setelah latihan fisik yang keras. Hal itu berguna.
Berguna di tempat pengabdian ini.
Bagus, Ceritanya. . . Memberikan Gambaran tentang bagaimana kegiatan Pra Kondisi akan dilaksanakan.
ReplyDelete