Kali ini
saya akan posting tentang yang merah jambu dan biru, hehehe. Biar refreshing
sedikit lah. Galaunya dituntaskan dalam satu postingan saja, semoga kali lain
tidak ada postingan tentang yang galau-galau begini, wkwkwk... Bagi yang tidak
suka postingan galau, skip aja ke postingan selanjutnya. Beneran, postingan ini
super geje sekali :p
Kota Ende
itu kota kedua saya.
Kota Ende
adalah kota kedua saya setelah Bantul.
Jauh di
dalam hati, jauh dalam waktu-waktu yang lalu, tak pernah terbersit sekali pun
saya akan bepergian ke Ende. Bahkan sampai 1 tahun. Tapi, begitulah, saya
ditakdirkan untuk tinggal dan mengabdi di Ende selama 1 tahun. Selama 12 bulan.
Selama 52 minggu. Selama 365 hari. Dan saya pun dipaksa untuk meninggalkan dia yang saya titipkan setengah
hati saya padanya. Dia yang saya tinggalkan di Bantul, sendirian. Dia, Mas
Aziz.
Memang baru
satu tahun masa kebersamaan saya dengan dia. Tapi, saya merasa telah
mengenalnya jauh sebelum itu. Mungkin...itulah yang dinamakan jodoh. Ketika
kita bertemu pertama kali, maka akan ada ‘sesuatu’ yang terjadi. Kuch kuch hota
hai, kata Rahul (*nyuplik). Dan memang sesuatu terjadi ketika saya bertemu
dengan dia.
Hubungan
kami terbilang singkat dan berani. Ya, singkat, karena hanya dalam hitungan
hari kami sudah dekat. Ya, berani, karena melihat status saya dan dia, yang
berbeda dalam banyak hal, dia tentu tergolong berani untuk mendekati saya. Kami
memang berbeda dalam banyak hal, kecuali dalam cinta (*nyuplik lagi, Gie). Saya
siapa, dia siapa. Tapi saya tidak mempermasalahkan hal itu. Karena saya
mengenalnya jauh lebih dari orang mengenalnya. Jadi, saya lah yang tahu, pantas
dan mampukah dia berada di samping saya.
Sumber Gambar |
Hubungan itu
menjadi semacam hot news selama beberapa bulan. Ya...mendadak semua orang dalam
yayasan, di pondok, di sekolah, dan keluarga besar, sudah tahu. Hanya satu hal
yang perlu kami buktikan pada mereka, bahwa kami tidak main-main. Kami sudah
sama-sama dewasa dalam cara kami masing-masing. Dan seiring berjalannya waktu,
semuanya berjalan dengan sederhana namun pasti.
Banyak
warna-warni yang kami lalui. Sama banyaknya dengan pertemuan yang kami lakukan.
Berjalan begitu saja, tanpa memikirkan esok pagi akan bertemu atau tidak.
Karena kami yakin, esok hari kami akan bertemu, dan menikmati banyak hal
bersama. Hanya kami berdua, tanpa orang lain perlu tahu.
Tapi,
tahu-tahu, takdir memiliki cara tersendiri untuk menguji apa yang telah kami
niatkan sejak awal. Saya ditugaskan ke Ende. Ya. Perubahan drastis dari yang
bertemu setiap hari, menjadi tidak bertemu selama 1 tahun tentu menjadi sesuatu
yang teramat berat. Terutama bagi dia. Ada 12 purnama yang akan kami lewati
sendiri-sendiri. Ah, sungguh saya kasihan dengan dia yang setiap hari diolok di
sana *gomen, Masnya -_-. Ah, sungguh kasihan melihatnya luntang-luntung
sendiri, galau geje, dan sebagainya. Ah...
Tapi, itulah
manisnya cerita yang akan kita sampaikan pada anak cucu kita kelak. Bahwa selama
12 purnama kami menabung rindu hingga tak tertahankan. Bahwa selama 12 purnama kami
menjalani kehidupan kami masing-masing, tetapi saling menautkan hati. Bahwa selama
12 purnama, kami tetap menjaga apa yang telah kami niatkan bersama. Bahwa selama
12 purnama, kami bisa bertahan. Dan menunggu. Menunggu purnama ke-12 akan datang.
Menunggu pada akhirnya kita akan bertemu kembali.
Tidak mudah,
karena terkadang kesibukan kami masing-masing menjadi penghalang. Ketika tidak
ada sinyal untuk bertukar kabar. Ketika tidak ada pulsa untuk saling ber-SMS.
Ketika tidak ada batere karena listrik padam. Ketika cemburu pun mengintai dari
kejauhan. Ketika kesetiaan diuji. Ketika masa lalu dipertanyakan.
“Kita
sandarkan apa yang kita niatkan ini Atas Berkat Rohmat Alloh, De’,” katanya.
Ya, Mas. 1
tahun untuk selamanya. Tak mengapa. Karena saya yakin, Alloh akan menjaga apa
yang sudah kita niatkan ini.
Kau, jaga
selalu hatimu saat jauh dariku tunggu aku kembali
Ku
mencintaimu selalu menyayangimu sampai akhir menutup mata
(Seventeen,
Jaga Selalu Hatimu)
No comments:
Post a Comment