LDR atau long distance relationship adalah
hubungan jarak jauh dimana laki-laki dan wanita yang sudah berkomitmen tidak
dapat bertemu selama beberapa waktu karena masalah jarak. Contohnya, LDR dari
Jogja-Semarang. Si cowok di Jogja, si cewek di Semarang. Atau, LDR dari
Jawa-Flores, si cowok di Jawa, si cewek di Flores (*curcol, hahaha)
Saya pernah
mengalami LDR sebelumnya selama beberapa minggu (atau bulan). Jaman-jaman masih
kuliah dulu, jaman-jaman masih pacar-pacaran, jaman-jaman masih ababil,
wkwkwk... Dan saya berkesimpulan bahwa saya tidak pernah bersahabat dengan yang
namanya LDR. Karena di beberapa keadaan itu, selalu hasilnya tidak sesuai
harapan. Mungkin saya memang tipe yang setiap hari harus ketemu, atau minimal
seminggu sekali.... (*curcol lagi, wkwkwkw).
Sumber Gambar |
Dulu semasa
teman-teman sedang kuliah, ada banyak orang yang LDR. Terutama ketika mereka
berbeda tempat kuliah. Contohnya, antara UNY-UNS, antara UNY-UNES, antara
Jogja-Jakarta, antara Jogja-Bandung, dan sebagainya. Dan saya selalu berpikir,
kok bisa sih mereka bertahan dengan hubungan mereka? Ada yang satu minggu
sekali ketemu. Ada yang satu bulan sekali ketemu. Bahkan, ada yang satu
semester sekali baru ketemu. Oh My...beneran, saya tidak bisa membayangkan
bagaimana perasaan mereka untuk bisa bertahan hanya pacaran dengan hape saja
(*kasarnya kan kayak gitu, hehehe).
Kembali ke
topik kita.
Sebenarnya,
sebuah hubungan yang LDR itu, tidak seseram yang saya bayangkan dulu. Dulu,
waktu kuliah, saya sering geje dan marah kalau SMS tidak dibalas mas pacar,
telvon tidak diangkat, atau chattingan tidak bisa (masa masih ababil, wkwkwk).
Tapi, sekarang, saya merasa mulai bersahabat dengan LDR. Meski tidak bisa SMS,
ya sudah, tidak bisa telfon, ya sudah, tidak bisa fban, ya sudah, tidak bisa
twitteran, ya sudah...pasrah saja, hehehhe.
Mengapa?
Karena
menurut saya, ada dua faktor yang berkaitan dengan hal itu: tingkat kedewasaan
dan tipe hubungan.
Sumber Gambar |
Tingkat
kedewasaan, yaitu ketika seseorang menjadi semakin dewasa, penerimaan akan apa
yang terjadi padanya, lebih besar dibandingkan ketika ia masih muda.
Istilahnya, lebih nrimo dan sudah tidak alay atau lebay lagi. Jadi, orang yang
lebih dewasa cenderung menerima hubungan LDR itu dengan bijak. Artinya, dia
tidak lagi melakukan hal-hal yang konyol seperti yang dilakukan oleh anak muda
ababil, wkwkwk ^^
Tambahan
lainnya, adalah bagaimana sosok pasangan kita itu sendiri. Bila dia siap dengan
kondisi kita, satu pemikiran dengan kita, maka hubungan itu pun tidak akan
timpang. Artinya, LDR bisa dilalui.
Well, LDR
itu tidak hanya bisa terjadi pra nikah saja lho, tapi juga setelah nikah. Saya
ngeri membayangkan banyak orang yang berjuang dengan hubungan yang jarak jauh begitu.
Misalnya, si cewek kerja di Jogja, jadi PNS, sementara si cowok kerja di Temanggung.
Bisa jadi, si cewek harus pulang seminggu sekali ke Temanggung. Tak sedikit
kisah haru biru yang berkaitan dengan LDR, yang luput dari pandangan banyak
orang. Yang jelas, setiap kisah memiliki ceritanya sendiri.
Dan inilah
cerita saya. Saya sudah bersahabat dengan LDR. Saya hanya perlu menghitung
hari, minggu, bulan, dan pada akhirnya bertemu lagi. Kasihan juga dengan
@Nisayu atau @Hety yang harus LDR dalam jangka waktu yang belum bisa
dipastikan. Tapi, itulah jalan masing-masing. Jadi, penerimaan sajalah...karena
pasti kalau diterima dengan ikhlas, hasilnya akan jauh dari apa yang
dibayangkan sebelumnya.
*Satu tahun
untuk selamanya.
16 November
2013, @puncak nakawara
Purnama
ketiga...
No comments:
Post a Comment