Sudah
beberapa hari ini air tidak ada. Yappp!!! Tidak ada guys...
Bayangkan,
air tidak ada! +_+
Ah,
entahlah...
Saya jadi
berpikir, kalau sinyal dan listrik tidak ada, itu lebih baik daripada tidak ada
air. Kenapa? Karena air itu penting. Penting buat wudhu terutama. Penting buat
BAK dan BAB. Penting buat mandi. Penting buat cuci baju. Penting buat cuci
kaki. Penting buat makan. Penting buat minum.
Dan sudah
beberapa hari ini air benar-benar nihil. Biasanya sih, ada meski hanya satu
atau dua aliran kecil saja. Jadi, meski tidak mandi, saya masih bisa wudhu dan
bersuci. Tapi, dua hari lalu, tiba-tiba saja mati.
Akhirnya,
saya pun tidak mandi.
Akhirnya,
saya pun tayamum.
Akhirnya,
saya pun meminimalisir air minum agar tidak kepengen BAK.
Akhirnya,
ya...saya pun menyadari bahwa penting banget punya si air ini.
Sungai Utamai di Ranoramba (Sumber) |
Benar-benar
hari-hari yang membuat stress berkepanjangan. Mau ngapa-ngapain rasanya tidak
enak. Jadi ingat rumah, dan betapa dulu saya tidak pernah mensyukuri adanya
satu bak penuh air di kamar mandi. Ya...kita
baru menyadari suatu hal itu penting ketika ia tidak ada lagi. Termasuk si
air ini.
Akhirnya
saya pun memutuskan untuk mencuci di kali (lagi). Tapi kali ini ada yang
berbeda. Perdana, saya akan naik motornya Bapak, si hijau. Agak grogi juga,
beberapa bulan tidak bawa motor gigi, bawa matic terus. Perdana naik motor,
plus jalan yang aduhai sekali. Saya takut saya nanti jatuh—maka hilanglah
kepercayaan untuk bisa naik motor di lain waktu. Jadi, saya pun dengan pede
tingkat dewa—menyembunyikan rasa takut saya, naik motor itu. Dan
benarlah...banyak mata yang menonton saya. Ya ampunnn...ternyata, naik motor
bagi anak cewek itu jarang alias tidak pernah di sini. Semuanya cowok. Jadi,
mereka melihat saya naik motor itu sesuatu yang amazing sekali...
“Ibu hebat
sekali.”
“Lain kali
turun ke Ende naik motor sendiri, Ibu.”
Begitulah
beberapa komentar mereka.
Itu adalah
hal lucu yang kesekian kalinya saya temui di sini.
Alhamdulillah
tidak jatuh sampai di kali bawah. Agak grogi juga boncengin si Tevin. Kalau
sendiri, saya rasa tidak masalah, tapi kalau bawa anak orang itu ya rasanya
jadi kaku. Sampai di kali kami langsung cuci-cuci dan ambil air. Pulangnya saya
boncengin si Tevin lagi. Dan lagi-lagi, semua mata tertuju pada saya,
wkwkwk...untunglah tidak jatuh... ^^
Setelah
menjemur baju, saya pun mandi dengan air hanya 1 derigen saja. Mandi dan wudhu.
Hemat banget pokoknya. Tapi, tidak kurang. Cukup ^^.
Malamnya,
air sudah mengalir. Lancar. Alhamdulillah. Terimakasih Alloh, untuk air yang
satu bak penuh, untuk sungai yang tidak pernah kering, dan untuk tetap mandi di
dalam kakus, bukan di kali. Alhamdulillah ^^
*Satu tahun
untuk selamanya!
*4 November 2013
No comments:
Post a Comment