Saturday, May 3, 2014

Senja Ende (Warna-warni Ende Part. 43)




Kota Ende hari ini abu-abu. Iya, langit tidak biru seperti beberapa hari lalu, tapi mendung dan tampak abu-abu. Abu-abu itu menghalangi gerhana matahari cincin yang mestinya bisa kami nikmati di sore ini.

Dan kini, aku hanya bisa menatap Laut Sawu dari basecamp ini, ditemani denting gitar dari gitaris kami, Rinda. FYI, Rinda adalah salah satu cowok—dan satu-satunya cowok yang expert banget dalam hal pergitaran. Dia pernah mengiringi kami saat paduan suara ‘Laskah Pelangi’ di malam perpisahan AAU.  Dia lebih suka akustikan daripada gitaran yang lainnya. Dan favoritnya, adalah ‘One Last Breath’ dan Soundtracknya Twilight pertama itu—entah judulnya apa (saya pernah suka sekali dengan lagu ini 2-3 tahun lalu).

Sunset Ende
Well, sore ini tidak terlalu menarik. Tak lebih dari 5 orang di basecamp. Saya masih menikmati senja Sawu. Sunset tidak bisa dilihat di sini, karena—seperti yang saya tuliskan di awal tulisan ini—hanya ada abu-abu saja di langit.

Adzan maghrib sudah berkumandang. Adzan yang 10 hari terakhir tidak terdengar dari Puncak Ratenusa. Suara yang ku rindukan.
Heeemmmhh...
Aku rindu dengan sunset di Bugel ataupun Patehan.
Terlebih, aku rindu dengan dia...

#Suatu hari di Kota Ende, counting down the days.
29 April 2014

No comments:

Post a Comment