Gerbang Masuk |
Salah satu
destinasi wisata yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah Komodo
National Park. Kawasan ini menjadi salah satu dari keajaiban dunia. Well,
seberapa ajaibkan tempat ini sebenarnya? Beruntung, saya bisa mengunjungi
tempat ini pada liburan Idul Fitri tahun ini. So sad sebenarnya, karena Idul
Fitri tahun ini tidak saya nikmati bersama dengan keluarga di rumah, melainkan
di tempat pengabdian. Tapi, menjadi agak menyenangkan karena saya berkesempatan
untuk mengunjungi Komodo. Yep, the last living dinosaur in this world. So,
how’s it going?! Inilah ceritanya.
Budget
touring kali ini adalah 850ribu dengan rincian 500ribu untuk 2 hari dan 1 malam
di kapal, sedangkan 350ribu untuk charter bus pulang pergi, minus makan selama
perjalanan menuju dan dari Labuan Bajo. Bagi saya yang kebanyakan travel guide
menyediakan jasa wisata dengan IDR di atas 1 juta, angka 850ribu terbilang
murah. So, dengan 8 orang lainnya dari tim UNY, saya pun berangkat.
Berangkat Dini Hari, Menunggu Bus |
Perjalanan
di mulai pada hari Kamis dini hari, pukul 3 pagi. Bersama dengan 19 orang
lainnya, kami naik bus damri. Busnya nyaman, apalagi saya dapet kursi paling
depan—antisipasi kalau saya mabuk—iye, saya mabukan -_-. Sebenarnya touring
hari itu diikuti oleh 36 orang, sementara 20 orang naik bus dan sisanya dengan
motor. Saya sih ngeri saja membayangkan harus naik motor dari Ende-Labuan Bajo
yang berjarak +/- 500 km. Selain medan yang berliku dan penuh tanjakan dan
turunan, badan yang capek menjadi faktor utamanya. Apalagi saya cewek. Kalau
harus naik motor, tentu kasihan dengan yang boncengin saya kan, hehehe...
*seandainya ‘kamu’ di sini, Bang ^^.
Start jam
setengah 4 kami berangkat dari Ikan Duyung, basecamp tercinta. Bus melaju
dengan kencang. Dari kota Ende, bus mengambil arah ke Nangapanda, menuju ke
jalan lintas Flores. Suasana jalan masih sepi—dan memang selalu sepi
sih—sehingga bus asyik saja menerabas jalanan. Sampai di Nangapanda, tepatnya
daerah sebelum Numba, sopir bus berhenti. Saya masih bangun, belum tidur. Sopir
bus keluar dari bus dan mengecek sesuatu. Setengah jam kemudian, sopir bus
marah-marah, bannya entah kenapa, pintu bus yang tengah rompal—beneran guys,
engselnya terlepas, dan dompetnya pak sopir hilang. Beberapa teman mulai keluar
dan duduk di serambi masjid. Begitupun dengan saya. Satu jam berikutnya, kamu
sudah melaju menembus jalanan Nangapanda dengan bus yang baru, yap busnya diganti.
Alhamdulillah...perjalanan lancar. Kami menjemput salah satu teman di hampir
Nangaroro, kemudian menembus menuju Bajawa dengan sunrise menemani sepanjang
jalan. Saya pun mengantuk dan tertidur.
Perjalanan
hari itu memakan waktu kurang lebih selama 12 jam. Kami singgah di Aimere untuk
makan (sarapan dan makan siang). Setelah itu, kami berhenti di Ruteng untuk
bertemu dengan teman SM3T lainnya. Selanjutnya, bus melaju kencang menembus
Mannggarai dan tidak berhenti lagi sampai kami tiba di Labuan Bajo jam setengah
7 sore. Kami berhenti di Masjid Labuan Bajo untuk sholat dan bersih diri.
Selepas itu, kami makan di bibir laut Labuan Bajo, lesehan penyetan. Heran,
dimanapun berada, lesehan penyetan khas orang Jawa selalu ada. Dinner-nya
nikmat, meski minus satu, karena pesanan teh panasnya zonk alias tidak dapat
-_-.
Bersiap Live on Board |
Selesai
makan, kami menuju pelabuhan. Ternyata, paket tour yang kami ambil adalah live
on board. Artinya, kami akan tinggal di kapal selama tour berlangsung. Kami
briefing sejenak untuk pembagian kamar. Karena banyak yang tidak bawa SB alias
sleeping bag, kami diberi satu kamar kecil di dalam kapal untuk 5 orang. Jadi,
malam itu, kami berdesakan di dalam kamar sempit dengan tas dan barang bawaan
yang ditumpuk-tumpuk dengan seadanya. Tidak ada yang berniat untuk beres-beres.
Kami langsung terlelap karena badan kecapaian.
Kok bersambung??padahal bacanya aja da ketawa ketiwi
ReplyDeletetunggu kelanjutannya di part selanjutnya :)
Deletewoow...
ReplyDeletewow wow wow :D
ReplyDelete