Wahai Tuhan aku tak layak ke surga-MuNamun aku tidak sanggun ke neraka-MuTerimalah taubatku dan ampuni segala dosakuSesungguhnya Engkaulah pengampun dosa-dosa besar
Setiap yang
bernyawa pasti merasakan mati, begitulah yang tertulis di dalam Al Qur’an. Jadi,
setiap orang di dunia ini pastilah suatu saat akan mengalami yang dinamakan
kematian. Tua atau pun muda pasti akan merasakan mati. Mau bersembunyi ke dalam
lubang paling dalam hingga di gedung paling tinggi pun, kalau sudah jatahnya
mati ya pastilah akan mati. Kaya miskin pastilah akan tetap mati. Dan ketika
kita mengalami kematian itu, kita tidak akan membawa apapun, hanya selembar
kain kafan sebagai pembungkus. Nah, untuk itulah sering kita dengar bahwa harta
yang kita miliki adalah titipan, tidak akan dibawa sampai mati.
Kehilangan
akan sebuah kematian membawa duka bagi setiap orang yang ditinggalkan. Saya
pernah menangis karena kematian, meski umur saya masih terbilang muda saat itu
sehingga belum begitu memahami arti dari kehilangan. Saya kehilangan simbah
(orang tua bapak) saat saya usia SD. Selanjutnya, simbah putri (orang tua ibuk)
yang begitu saya sayangi meninggal ketika saya usia SMP, meninggalkan duka, tidak
hanya untuk saya tetapi untuk Ibuk saya. Kemudian saya kehilangan kawan karib
saya saat SMA karena bencana gempa bumi yang melanda di Yogyakarta beberapa
tahun silam. Satu-satunya hal yang bisa saya lakukan saat itu hanyalah
menangis.
Sumber Gambar |
Selama
sehari itu, segalanya tampak berjalan dengan cepat. Air mata meleleh, pesawat
terbang, perpisahan, short messages, dsb. Satu tahun yang lalu, ketika Mbak Eka
diantar Mamak untuk mengabdikan satu tahunnya di Ende, ternyata adalah
pertemuan terakhir, perjumpaan terakhir. Dan kali ini kepulangannya adalah
untuk menjenguk pusara Mamak. Tidak ada sambutan bahagia di bandara, tidak ada
pelukan mesra. Hanya tangis dan sedih yang menyambutnya di rumah. Rasanya
sungguh menyesakkan. Bahkan saya tidak bisa menahan untuk tidak meneteskan air
mata membayangkan semua itu.
Kejadian itu
membawa saya pada sebuah pemaknaan sederhana, bahwa kematian itu memang sangat
dekat dengan kita. Hari ini sehat, namun bisa jadi 5 menit kemudian sudah tidak
bernyawa. Tak ada yang tahu, hanya Alloh saja. Maka dari itulah, kita harus
menyiapkan diri sebelum kematian menghampiri, baik itu kematian diri sendiri
maupun kematian orang lain. Tentu saja, ketika menghadapi kematian kita harus
mempersiapan bekal. Sering saya dengar sebuah quote, ‘Urip ning ndonya ki mung mampir dolan’, sedangkan hidup yang
sesungguhnya ada di akhirat. Baik buruknya perbuatan kita akan menentukan
dimana kita akan tinggal: di surga atau di neraka, itulah janji Alloh. Bekal
perbuatan baik, Insya Alloh akan menempatkan kita di tempat terbaik pula.
Begitupun sebaliknya. Semoga kita termasuk golongan yang senantiasa berbuat
baik. Semoga. Amin.
Jauh di
dalam hati, saya sungguh masih takut dengan kematian. Saya merasa belum siap
untuk ‘pulang’ ke akhirat, tetapi kapan waktu itu akan datang pun tidak ada
yang tahu sehingga kita harus mempersiapan bekal sejak dini. Dan satu-satunya
cara kita bisa ‘pulang’ adalah melalui kematian. Kematian adalah satu-satunya
cara untuk bertemu dengan Sang Khaliq. Bukankah setiap manusia berkeinginan
untuk berjumpa dengan Penciptanya? Lalu, mengapa masih takut akan sebuah
kematian?
Dosa-dosaku bagaikan pepasir di pantaiTerimalah taubatku Wahai Tuhan yang Maha TinggiDan usiaku berkurang setiap hariDan dosaku pula bertambah setiap masa
04 Juli
2014, @Kota Ende, selamat jalan untuk Mamak Mbak Eka, semoga segala amal dan
perbuatan baiknya diterima di sisi-Nya serta mendapatkan tempat yang terbaik di
sisiNya.
*) lyric: Al
I’tirof, Haddad Alwi feat. Sulis
*) untuk Mbak Eka, saya sampai bingung harus
mengatakan apa untuk menghiburkmu, karena satu-satunya kata yang bisa saya
pikirkan adalah bersabarlah, mungkin kata ‘sabar’ terlalu sering kau dengar,
tapi percayalah bahwa apa yang terjadi adalah untuk kebaikan kita. Maaf karena
mungkin saya sok tahu karena saya pun belum pernah berada dalam posisimu. Tapi,
percayalah, takdirNya tidak akan pernah salah.
Selalu percayalah akan ada hal baik karena kejadian ini. Dan waktu akan
menyembuhkan segalanya. Jalanilah hari-hari setelah ini dengan baik. Di sini,
masih banyak orang-orang yang menyayangimu.
No comments:
Post a Comment