Lingkungan yang baru itu selalu membutuhkan penyesuaian.
Penyesuaian adat istiadat, penyesuaian bahasa, dan terutama penyesuaian tubuh
pada iklim yang berbeda.
Selama 24 tahun saya hidup, tak pernah sekalipun saya jauh
dari orang tua. Paling lama mungkin 1 minggu. Selebihnya, saya di rumah saja.
Jadi, bagaimana sistem tubuh saya bekerja di lingkungan yang asing itu, belum
pernah saya alami sebelumnya. Meski demikian, saya merasa bahwa tubuh saya ini
tidak rewel. Artinya, lebih mudah menyesuaikan diri (setidaknya kalau
dibandingin dengan kakak saya, wkwkkwk :p).
Saya melakukan banyak penyesuaian dalam hari-hari pertama saya
di Ende.
Pokoknya banyak hal.
Mulai dari makan, mandi, minum, listrik, jam tidur, cuci
baju, memasak, bersih-bersih, dsb.
Dan puncaknya, saya sakit.
Ya, dua minggu setelah saya tiba di sini, saya sakit. Dan
saya yakini itu adalah salah satu bentuk reaksi dari tubuh saya untuk
menyesuaikan diri dengan kondisi cuaca dan makanan.
Singkatnya, saya diberi obat malaria dari kampus. Obat itu
bereaksi dengan membabi buta pada tubuh saya. Karena saya magh, obat itu
berefek negatif. Tiba-tiba saja perut saya sakit. Rupanya, hal itu juga dipicu
oleh cabe khas Ende yang kuecil tapi pedasnya nuendang. Rasanya pun tak seperti
yang cabe-cabe di Jawa. Lidah saya getas kalau makan. Tenggorokan saya langsung
panas kalau makan. Ditambah lagi, garam yang masuk ke makanan itu super
buanyak. Akhirnya, perut saya protes. Magh saya kambuh. Tak Cuma magh yang
biasanya, tapi sampai ke ulu hati juga.
Dua hari saya tahan sakit saya itu. Obat magh tidak ada.
Saya lupa tidak bawa obat magh dari Jawa.
Dan akhirnya tidak berhasil menahannya.
Saya turun kota pada hari ketiga. Periksa ke dokter. Cek
darah di puskesmas. Dan saya hanya diberi obat magh, paracetamol, vitamin, dan
obat penghilang perut kembung. Ah, obat
itu sih saya bisa beli di apotek. Saya mesti bayar 100ribu (di Jawa, tidak ada
periksa dokter+dikasih obat sampai 100ribu, -_-“).
Saya istirahat di kontrakan selama 2 hari.
Setelah itu saya naik. 2 hari kemudian saya sembuh.
Sejak hari itu, saya tidak sakit magh lagi sampai sekarang.
Saya akui, itu adalah salah satu bentuk reaksi yang wajar
dari tubuh saya dengan kondisi lingkungan yang berbeda. Dari yang semuanya
serba dicuci pakai air, higienis, dan bersih, menjadi keadaan yang seadanya,
sungguh penyesuaian yang tidak mudah. Tapi lama kelamaan saya biasa saja kok.
Ketika saya amati teman-teman saya, memang beberapa ada yang
sudah cek dokter juga, ada yang sakit, ada yang gatal-gatal, ada yang demam,
dsb. Wajar.
Harapannya sih, setelah ini saya tidak sakit lagi. Amin. Semoga.
No comments:
Post a Comment