Adzan subuh berkumandang. Saya terbangun dan mengerjap-ngerjapkan mata, gelap. Saya berusaha mengingat-ingat sedang berada dimana dan seketika menyadari bahwa saya ada di dalam kapal di Labuan Bajo. Saya ambil ponsel, pukul setengah 5. Saya bangunkan teman-teman dan berdiskusi sejenak: kemana kami mandi? Akhirnya kami sepakat untuk menuju masjid di Labuan Bajo, masjid transit hari sebelumnya. Rupanya, di Pelabuhan ini TIDAK ADA MCK umum. Duh, rempong banget ya. Di Ende saja, yang bukan kota wisata punya MCK umum yang hanya perlu bayar 2 ribu rupiah saja, di sini, di kota wisata, malah tidak ada MCK umum. Nasib jadi wisatawan kere ya kayak gini, wkwkwk. Beruntung, kami bisa mandi di Masjid yang mulai sepi. Selepas mandi kami bergegas ke kapal lagi, karena kapal akan segera berlayar.
Mesin kapal mulai menyala. Kapal bergerak dengan pelan keluar dari pelabuhan. Lama kelamaan deretan kapal dan kota pelabuhan menjauh. Pemandangan justru semakin apik karena kota pelabuhan yang berada di perbukitan itu memiliki landscape yang indah. Saya duduk sambil menikmati pemandangan yang disuguhkan bersama dengan teman-teman lainnya dari dek atas.
Narsis di Atas Dek Kapal |
Setelah
turun dari kapal, kami lantas mendaki bukit yang ada di pulau itu. Cukup terjal
juga, saya hampir terpeleset. Namun, hanya butuh waktu 10 menit saja untuk
sampai di puncaknya. Dan bayaran yang didapatkan benar-benar setimpal.
Pemandangan dari atas puncak bukit 1000x lebih indah dari di darat. Sejauh mata
memandang, jajaran pulau, laut biru, langit biru, dan degradasi warna-warna
alami yang langka kami temui menjadi pemandangan yang membuat kami takjub
selama beberapa menit. Well, its really amazing.
Dan kemudian
sesi foto-foto pun dimulai ^^
Puas
menikmati keindahan ini, saya dan teman-teman turun bukit, karena memang hanya
diberi waktu 1 jam saja. Very short time, karena kami harus segera menuju ke
Rinca Island. Beberapa teman asyik snorkling saat saya turun. Memang, wisata
alam bawah laut di pulau ini pun juga sangat amazing. Sayangnya, saya tidak
bisa menikmatinya (FYI, again, saya tidak bisa berenang, wkwkwk).
Pulau Rinca
Pulau Rinca
adalah destinasi kedua yang paling terkenal dari rangkaian tour Komodo. Mengapa
demikian? Pasalnya, Komodo yang ada di pulau ini sebenarnya lebih banyak dari
yang terdapat di Pulau Komodo sendiri. Dan, hampir sama dengan Pulau Komodo itu
sendiri, Pulau Rinca memiliki area tracking yang cukup luas sehingga kita bisa
menyaksikan komodo dragon langsung dalam habitat aslinya.
FYI sekadar
review saja. Komodo dragon adalah satu-satunya hewan purba yang masih hidup
sampai sekarang. Selain karena beracun dan sangat mematikan, komodo juga hanya
bisa hidup di tempat itu saja. Saat ini, komodo dragon hanya ditemukan di Pulau
Komodo dan Pulau Rinca. Nah, mulai tahun 2010, Pulau Komodo menjadi salah satu
The Seven Wonders. Is it amazing? Itulah sekilas tentang komodo dragon.
Pukul 11
kami sampai di Pulau Rinca. Banyak kapal berjejer di dermaga. Kapal kami salah
satunya. Setelah merapat, kami bergegas turun ke arah pintu masuk trekking.
Saya melongok ke dalam air, terdapat berbagai ikan warna-warni berenang ke
sana-kemari. Hebatnya, ikan-ikan itu jumlahnya ratusan bahkan ribuan yang
bergerombol di bawah kapal dan perahu-perahu yang merapat. Oh wow, its really
amazing. Di satu petak ini saja, ikan sudah banyak sekali, apalagi di seluruh
lautan Indonesia, eh? Pantas saja kalau banyak negara yang ingin ‘menguasai’
Indonesia. Kekayaan bawah laut Indonesia terlalu banyak hingga ketika sudah
diambil setiap hari pun tidak habis...
Kami masuk
ke dalam gapura dan berjalan menyeberang dataran sejauh sekitar 300 meter. Selesai
diurus tiket dan menyewa ranjer, kami pun briefing sejenak. Kami dibagi per
kelompok untuk mendapatkan ranjer. Saya bersama dengan 14 orang berjalan dengan
satu ranjer. Iya, karena kami tidak bisa dipisahkan, kami pun mendapat jatah
satu ranjer saja (tidak bisa dipisahkan? Wkwkwk). Untungnya kami mendapat
ranjer senior, yaitu Bapak Matius. Selama tour itu, Bapak banyak membagikan
cerita-ceritanya pada kami.
Ada tiga
trek yang bisa dipilih dalam trekking ini, yaitu short, medium, dan long. Kami
sepakat untuk memilih yang medium karena jaraknya tidak terlalu jauh. Apalagi
cuaca sedang panas-panasnya. Kalau memilih long, oh mati sudah kami, hehe. Sebelum
mulai perjalanan, kami diberi panduan oleh Bapak. Pesan pertama, jangan berisik
karena akan memicu komodo.
Bapak Matius, Ranjer Kami |
Komodo adalah reptil darat terbesar di dunia. Hewan ini termasuk hewan yang terancam punah karena hewan ini merupakan hewan endemik. Endemik berarti, hewan ini hanya hidup di wilayah tertentu. Komodo hanya hidup di sebuah pulau yang bernama Pulau Komodo, Indonesia. Komodo termasuk jenis hewan karnivora, hewan ini memiliki bentuk lidah yang agak memanjang dan bercabang dua pada ujungnya mirip lidah ular. Penelitian menunjukkan bahwa ujung lidah yang bercabang ini berfungsi untuk “mengecap” makanannya. Hewan ini biasanya membuat sarang di bawah tanah (sumber: http://trendmagtheme.blogspot.com/2012/07/sejarah-pulau-komodo_13.html). Bapak Matius menjelaskan bahwa komodo hanya terlihat kalau siang hari saja, sementara kalau malam akan tidur di lubangnya. Bapak juga berpesan, bagi yang sedang menstruasi untuk berlindung di belakangnya. Ada satu teman kami yang sedang ‘libur’, yang selama masa tour itu berada di balik punggung Bapak Matius. Alasannya, karena komodo dragon bisa mencium bau darah bahkan dari jarak 2 km. Jika sudah mencium darah, maka langsung ‘hap’, dimakan. Makanya harus hati-hati. Bahkan, orang yang terluka pun tidak boleh ikut trekking karena akan membahayakan dirinya sendiri.
Kami pun
mulai berjalan.
Selesai foto
sesi pertama, kami segera melanjutkan perjalanan. Kami disuguhi oleh seekor
anak komodo yang baru berusia 3 bulan. Anak komodo itu menempel di pojok gubuk
di lereng bukit. Kami berfoto lagi. Kami sempat berkenalan dengan seorang turis
asing dari Swiss. Lantas kami berfoto lagi dengan si turis.
Kami segera
melanjutkan perjalanan karena hari sudah beranjak siang dan cuaca terlihat
sangat terik sekali. kami mendaki bukit dan berada di hamparan sabana. Jauh
mata memandang, terlihat laut di sekeliling kami. Pohon-pohon hijau sangat
jarang terlihat. Di hutan jauh terdapat lebih banyak pohon. Sepertinya,
trekking long akan melewati hutan tersebut.. Satu jalan setapak menghubungkan
bukit-bukit sabana tersebut. Tak ada pohon besar, hanya ilalang saja. Panas.
Kami serasa di film-film, karena di Jawa, saya belum pernah melihat hamparan sabana
dan pemandangan seindah ini.
Cara menangkap mangsanya, biasanya adalah menggigit kaki belakangnya, kemudian akan terkena racun, mati, dan dimakan. Yes, komodo dragon memiliki racun yang mematikan. That’s why, kita harus hati-hati, guys. Kemudian, ia bercerita tentang beberapa kejadian yang melibatkan jatuhnya korban akibat digigit komodo. Ada yang digigit kakinya, ada yang sudah dicaplok setengah badannya, bahkan ada yang hilang tanpa jejak. Ngeri sekali ketika mendengar cerita beliau. Total sampai hari ini adalah 28 korban yang mati.
Pink Beach
Jarak Pink
Beach dengan Pulau Rinca adalah 2 jam perjalanan. Tidak terlalu lama. Kami pun
memutuskan untuk duduk-duduk sambil mengobrol dan makan snack di dek bawah.
Gugusan pantai berwarna putih dan dataran tinggi di kejauhan, berpadu dengan
laut dan langit yang biru, menjadi pamandangan sehari-hari. Rasanya sungguh
indah sekali. Rasa mual yang muncul karena tidak terbiasa dengan live on board
pun perlahan hilang karena kami mulai enjoy dengan keadaan di sini.
Pink Beach |
Tak beberapa
lama kemudian, kami sampai di Pink Beach. Rupanya tak ada dermaga di pantai
ini. Dan lagi, tak ada tempat untuk merapat di pantai. Akhirnya, bagi siapa
saja yang ingin turun ke pantai, hanya ada dua jalan saja, yaitu berenang atau
membayar uang perahu. Seketika, serombongan nelayan penjual aneka barang pada
kami, yaitu aneka patung komodo berbagai ukuran serta perhiasan mutiara.
Beberapa asyik menawar cendera mata tersebut. Sementara saya, mencoba menawar
jasa perahu penyeberangan. Mereka meminta 10 ribu sekali jalan. Kami melakukan
tawar menawar dan sampai pada harga deal, Rp 10 ribu pulang pergi. Segera kami
naik ke dalam perahu dan menyeberang ke Pink Beach. Beberapa anak yang memakai
pelampung dan bisa berenang segera melompat ke dalam air.
Sesampainya
di pantai, kami duduk-duduk sejenak untuk melepas lelah. Ada banyak orang di
sana, berbagai wisatawan asing dan domestik. Mereka berenang, bermain air,
berjemur, dan snorkeling.
Pink Beach
yang berarti Pantai Pink adalah salah satu keunikan alam yang ada di sini karena
pantainya berwarna pink. Tentu saja, ketika kita ingin melihat ke-pink-annya,
maka kita harus naik ke bukit di sebelah kiri. Dari sana, (katanya), pantai
akan terlihat gradasi warnanya, dari putih, pink, dan biru laut.Menurut
teman saya yang seorang lulusan geografi, pantai berwarna pink tersebut
disebabkan oleh adanya batuan karang yang berwarna merah. Karang tersebut pun
pecah menjadi serpihak kecil yang menyatu bersama pasir putih pantai, yang
akhirnya menimbulkan gradasi warna pink di sepanjang pantainya. Teman saya
tersebut menemukannya di pantai ‘rahasia’ yang terdapat di sebelah kanan Pantai
Pink, tersembunyi di balik bukit rendah. Kata mereka, di pantai itu banyak
sekali pecahan karang yang besar-besar dan berwarna pink.
Saya sendiri
tidak menuju bukit itu, melainkan di bukit sebelah kiri yang biasanya dijadikan
tempat untuk mendapatkan view terbaik untuk Pantai Pink. Memang bukit itu lebih
tinggi, hehe, tetapi tidak seterjal bukit yang ada di Pulau Kelor. Sesampainya
di atas, pemandangan yang ditawarkan benar-benar amazing sekali. Meskipun warna
pink-nya tidak terlihat jelas, namun keindahan penoramanya tentu menjadi hal
yang amazing lagi. Kami bahkan menemukan sebuah pantai berwarna hijau di
sebelah bukit. Kami menyebutnya Green Beach, entah apakah sudah ada orang yang
menamakannya atau belum, hehe.
Malam itu,
kami tidur di dalam kapal di samping Pulang Kalong. Banyak kapal juga yang
mengapung di atas perairan, sama seperti kami. Suara generator memenuhi
sekitar. Kami makan malam kemudian tidur di dalam kamar, bersiap untuk hari
besok yang pastinya lebih amazing lagi. Besok kami akan mengunjungi Pulau
Komodo dan Pantai Pulau Kanawa. It’s really amazing place. So,
don’t missed it ^_^
No comments:
Post a Comment