Matahari
pagi datang. Mata terasa berat untuk dibuka, tapi tetap harus dibuka. Pusing
melanda. Sisa-sisa mite semalam masih terasa. Saya melirik jam di layar ponsel:
jam 5 pagi. Sinyal iwa ratu semalaman, sehingga tidak ada SMS yang masuk. Saya
pun keluar dan mandi. Yap...rumah masih sepi, di sekitar rumah juga masih
sepi—belum banyak orang yang bangun. Selesai mandi dan sholat, saya pun segera
beres-beres dapur kemudian bersiap-siap. Saya coba mencari sinyal dan
menghubungi Pak Korkab dan tersambung dengan penghuni basecamp: Bang Fe. Info
terbaru, mereka akan datang sekitar jam 9. Saya pun segera bersiap-siap.
Rumah
menjadi agak ramai, begitupun sekolah. Guru-guru mulai terlihat sibuk.
Alhamdulillah, semua persiapan sudah selesai. Papan SD sudah terpasang aman dan
bagus—meski beberapa hurufnya bisa tiba-tiba terlepas, pasalnya mereka
menempelnya di balik baliho kampanye dengan lem kertas yang jelas-jelas tidak
akan lengket dengan sempurna, yap, lagi-lagi masalah kondisi yang seadanya. Meski demikian, saya tetap bersyukur. Alhamdulillah.
Jam 9 lebih,
rombongan datang dengan sebuah otokol. Otokol adalah transportasi unik dari
NTT, yaitu sebuah truk yang dibuat semacam bus, diberi kursi duduk dan atap.
Hampir 30 orang ada di dalamnya—termasuk Bapak WR 3, Staff, dan seorang wakil
dari Dinas PPO. Ramai-ramai dan terlihat wow banget. Kami segera naik ke
sekolah. Dan selama 1 jam berikutnya, teman-teman asyik melakukan berbagai
kegiatan: foto-foto, masuk kelas, buat video, dan makan snack. Bapak WR 3, yang
berkesempatan mengunjungi tempat itu, segera mengobrol dengan Ibu Kepsek dan
guru-guru. Keadaannya terlihat semrawut tapi terlihat terkendali ^^
Selama 1 jam
berikutnya, saya sibuk wira-wiri
menjadi guide teman-teman dan Bapak WR, menyiapkan snack dan minum, foto-foto,
dan sebagainya. Endingnya, kami foto-foto bersama-sama. Teman-teman saya
menikmati kunjungan ke sekolah karena kondisi sekolah yang terlihat ‘M’ (baca:
mengenaskan) itu. Jadi, terlihat wow ketika di foto dan dipasang di media
sosial (well, i can’t say anything about it, rite -_-). Selesai sesi foto-foto,
kami bersiap turun. Saya ikut.
Next Destination is Wologai
Wologai, Desa Berkabut yang Kekurangan Air |
Perjalanan
hari itu ditempuh selama 3 jam, kami sampai pada pukul 2 siang. Cuaca buruk
selama di jalan: hujan angin beberapa kali ditambah kondisi jalan yang sudah
rusak. Perut terasa lapar, udara terasa dingin. Hujan deras menyambut ketika
kami sampai di Sekolah SATAP Wologai. Kami berteduh sambil mengantri kamar mandi
untuk BAK (yang airnya sangat minim meskipun hujan deras).
Beberapa
saat kemudian, kami sepakat untuk turun ke arah Mbani, karena hujan tinggal
rintiknya saja. Beberapa orang memilih untuk tidak turun karena jauh—dan memang
sudah pernah turun juga. Saya belum
pernah, sehingga saya bersikeras ikut. Bagaimana buruknya daerah ini sih? Saya
menganggap tempat tinggal saya sudah merupakan tempat ter-wow selama ini.
Mbani, Oh Wow Banget
Mbani, Hujaunya Lembah Ende |
Setelah 30
menit, kami mengambil jalan pintas, yaitu turun bukit dengan kemiringan 450
(kira-kira nih, kan saya tidak bawa busur derajat :p). Setelah turun bukit,
kami melintasi sebuah dusun kecil, kemudian menuruni bukit (lebih tepatnya,
tidak ada jalan, hanya satu tapak saja yang menurun curam), yang berakhir di
jalan utama. Terlihat 3 motor berjejer, salah satunya yang dipakai oleh Bapak
WR 3. Rupanya, setelah jalan ini, motor tidak bisa masuk lagi karena
menyeberang sungai. Kami menerobos kebun jagung kemudian menyeberang sungai.
Air sedang deras-derasnya karena baru saja turun hujan, sehingga kami harus
berpegangan erat satu sama lain—terutama berpegangan pada teman-teman yang
laki-laki. Selepas sungai, kami menerobos ladang jagung (lagi), barulah sampai
di tanah lapang (tanah lapang yang miring, tentu saja, karena di sini tidak ada
tanah lapang yang datar seperti di Jawa). SD Wologai II terletak di sebelah
kiri tanah lapang, sementara rumah Wahyu, teman kami, terletak di sebelah
kanannya. Kami mengunjugi rumah itu—alih-alih ke SD.
Kami singgah
di rumah selama setengah jam, makan siang dan snack, kemudian pamit karena
mengejar waktu. Rencananya, sesampainya di Ende, kami masih harus melakukan
monev sehingga harus sampai di Ende maksimal jam 8 malam. Nah, perjalanan naik
ke Wologai lah yang paling amazing. Jalannya tidak ada yang datar, mendaki
semua. Badan sudah capek, dan nafas sudah hampir habis. Saya berasa tidak
kuat—tapi meneguhkan kekuatan: harus kuat, tidak boleh menyerah, tidak boleh
merepotkan orang lain. Saya sampai dengan selamat, meski kata teman-teman muka
saya sudah mirip kepiting rebus, hehehe...
Well, kalau
ada daerah yang disebut sebagai 3T, maka Mbani terlihat lebih 3T dibandingkan
sekolah saya. Nilai plusnya, Mbani sudah memiliki sekolah berdinding tembok,
hehehe...
Setelah
semua berkumpul, kami pun segera naik otokol. Perjalanan pulang. Alhamdulillah
tidak hujan.
Monev: Dinner with Bapak WR 3
Di Resto Padang |
Selesai
makan, tibalah sesi diskusi kami. Beberapa teman mengajukan beberapa
pertanyaan, diantaranya penempatan yang harus didampingi, asuransi kesehatan,
dsb. Saya bertanya tentang format laporan. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam,
sehingga pertemuan ditutup dan kami pulang. Kami mengucapkan selamat jalan pada
Bapak WR 3—beliau akan pulang hari Selasa.
Begitulah
akhir perjalanan kami hari itu. Begitulah endingnya, 2 hari yang begitu roller
coaster dalam hidup saya. Rasanya, ada beban berat yang terangkat, ada
kegembiraan ketika pihak kampus datang dan melakukan sarasehan seperti tadi.
Kerinduan pada kampung halaman rasanya sedikit terobati—yah, meskipun Bapak
tidak berkunjung ke basecamp tercinta, tapi setidaknya beliau menyempatkan
hadir menemui kami, para anak-anaknya, bahkan mengunjungi sekolah saya.
Terimakasih Bapak WR 3.
mba jadi kangen wologai aku, aku alumni sm-3t di smpn satap wologai. trims
ReplyDeletemba jadi kangen wologai aku, aku alumni sm-3t di smpn satap wologai. trims.muzaki mahar p
ReplyDeleteowh dulu di sana ya mas, hehehe. ada teman juga yang di sana. kami sedang menikmati hari-hari terakhir sebelum penarikan. katanya sih, akhir bulan ini sudah ditarik :)
Delete