Liburan kali
ini, saya stay di bukit selama beberapa hari. Saya natal di sini. Well, agak
rikuh juga karena saya kan muslim. Kata Mas Aziz, niatnya difokuskan untuk ‘menghormati’.
Sudah itu saja. Jadi, begitulah, niatnya hanya sebatas itu.
Hari-hari
pertama liburan saya geje di kamar. Niat awalnya tentu saja adalah mengerjakan
semua administrasi kelas selama semester 1. Jadilah, saya mulai membabat
silabus, RPP, prota, promes, dan juga semua kawan-kawannya. Boring. Serasa
kembali ke rumah, tapi berbeda kondisi. Jadi kangen rumah; menikmati di dalam
kamar sambil ngemil oishi dengan satu gelas goodday coolin panas, nikmat...
Lalu, H-2
natal, saya pun memasak.
Yap, saya
memasak tart natal bersama dengan keluarga saya. Agak lebay, karena ini
hanyalah roti biasa saja, roti paling sederhana tanpa topping dan campuran
apapun. Well, saya memang berencana untuk membuat roti yang sederhana, supaya ketika
orang-orang di sini praktik, maka tidak terlalu sulit dan makan biaya banyak.
Kemarin, Mama turun Ende dan belanja untuk roti ini sampai habis 50ribu lebih.
Makanya, saya bertekad untuk membuat tart yang oke punya.
Lalu, pada
sesi kedua, saya pun membuat banyak perubahan. Saya memasukkan 6 telur, ovalet
banyak, dan mengurangi terigu. Saya juga memasukkan semua coklat yang tersedia.
Baiklah,
beginilah cara memasaknya.
Pertama,
margarin/mentega dilelehkan terlebih dahulu. Oles loyang dengan
margarin/mentega. Panaskan dandang. Setelah itu, kocok telur dengan ovalet
hingga mengembang. Setelah hampir berwarna putih, masukkan gula pasir, kocok
terus sampai berwarna putih. Setelah itu, kecilkan mixer dan masukkan tepung
terigu, tambahkan sedikit vanili. Masukkan tepung terigu sedikit demi sedikit
agar tercampur rata dan tidak terlalu banyak (kalau sudah terlalu kental, harus
di-stop). Terakhir, beri coklat bubuk. Campur rata, masukkan ke dalam loyang,
lalu kukus selama 20 menit. Ohya, jangan lupa tutup dandang diberi kain lap
agar uap yang menetes tidak sampai mengenai roti sehingga jadi jelek—semacam
ada kawahnya.
Dan akhirnya, jadilah tart sederhana dengan rasa coklat ^^. Saya sebut saja Tart Coklat Natal.
Ohya,
bahan-bahannya memang sederhana sekali, justru yang paling urgen dalam membuat
kue/roti. Setelah ini, nanti bisa diberi aneka topping sesuai selera, misalnya
coklat diganti kopi, ditambah kismis, ditambah meses, ditambah coklat blok,
diberi ganache, diberi krim, dan sebagainya. Hanya saja, agar tidak terlalu
kelihatan sulit, maka saya buat yang paling simpel ^^
Setelah tart
yang sukses itu, saya masih memasak 2 sesi lagi untuk Kak Marta dan Kak Calita.
Alhamdulillah sukses besar. Semuanya ‘terlihat’ enak—meski saya tidak nyicip.
Tapi, semua orang yang memakannya sepakat: enak sekali. alhamdulillah ^^
Ada beberapa
poin yang harus digarisbawahi kalau mau memasak di sini. Pertama, harus
menyesuaikan dengan kondisi, terutama peralatan yang seadanya. Saya agak shock
melihat ukuran loyang yang besar, sehingga ada kekhawatiran tart yang dibuat
menjadi terlihat ‘mini’ (dan memang demikian). Peralatan yang sederhana itu
juga membuat pengukuran resep yang sudah paten harus dikira-kira agar hasilnya
tetap enak—saya agak galau menakar tepung dan gula, untungnya tidak terlalu
manis ataupun terlalu encer. Sudah pas. Kedua, jangan membuat terlalu sulit, maksudnya
baik dari bahan ataupun variasinya. Yang biasa dan simpel saja, paling mudah.
Satu
tambahan lagi, kalau memasak roti itu, bukan tepung terigu yang terpenting,
melainkan telur dan ovalet.
Begitulah, pengalaman
kesekian kalinya saya memasak di dapur Ende. Saya sebenarnya berniat ingin
membuat cake talas, tapi kata Mama tidak usah, akhirnya ya sudah membuat cake
sederhana. Kapan hari lagi saya buat cake talas, lalu biar Mama dan Bapak
mencoba dan kami praktik lagi.
Well,
postingan saya memang aneh. Yap, saya memang aneh. Bukan karena kurang kerjaan,
lebih pada keinginan untuk menulis saja. Menulis. Apapun. Karena apa yang sudah
ditulis, saat itu, tidak akan bisa terhapus kecuali dihapus. *tambah ngaco....
#satu tahun
untuk selamanya.
23 Desember 2013, @bukit Ratenusa
No comments:
Post a Comment