Namanya
adalah Fren.
Matanya yang
bulat, bercahaya, dan selalu terlihat bersemangat membuat saya begitu tertarik
padanya. sebenarnya tidak hanya karena kedua bola matanya yang membuat dia
begitu memesona di mata saya, tapi karena kecerdasan dan semangatnya yang tidak
pernah pudar. Sikapnya.
Tidak
seperti jagoan-jagoan saya lainnya, Fren memiliki sifat yang unik. Memang sih,
setiap anak itu unik. Bahkan 9 jagoan itupun tidak ada yang memiliki sifat yang
sama, semuanya unik.
Afren saat serius mengerjakan UAS semester 1 |
Dia adalah
anak yang akan langsung mengangkat tangan dan berseru menjawab ketika saya
mengajukan pertanyaan—terlepas apakah jawabannya salah atau benar (seringnya
salah :p)
Dia adalah
anak yang akan hati-hati dalam menjawab pertanyaan saat ada tugas atau ulangan—tidak
buru-buru agar cepat selesai, terkadang bisa menjadi yang terakhir—meski
hasilnya tidak selalu menjadi yang terbaik.
Dia adalah
anak yang tidak selalu menjadi nomor satu, tetapi selalu berjuang keras dan
tidak pernah menyontek.
Dia adalah
anak yang akan ramai dan main gila dengan anak lain, kemudian saya akan melotot
ke arahnya dan dia akan menangkupkan kedua tangannya sambil berkata: ‘Ampun,
Bu.’ dengan tatapan mengiba dan merasa bersalah.
Dia adalah
anak yang akan bertanya, ‘Ibu marah pada kami ko?’ ketika saya selesai
membentak mereka karena mereka kacau dan bikin saya jengkel. Tapi, saya pun
akan tersenyum kepadanya, menggeleng pelan, ‘Ibu tidak marah.’
Dia adalah
si pembuka kunci dan penutup kunci kantor dan gudang kami di sekolah—selalu pulang
paling akhir, dan saya selalu berkata, ‘Jangan lupa kunci kantor dan tutup
pintu kelas e?’
Dia adalah
anak yang sangat antusias bertanya pada saya, ‘Siapa yang rangking 1, Ibu?’ saat-saat
sebelum penerimaan rapor semester 1 kemarin. Berharap saya akan menyebutkan
namanya, tetapi saya selalu menolaknya, karena memang ‘dialah’ yang rangking 1.
Dia adalah
anak yang selalu berlari sambil menirukan suara motor—pura-pura naik motor,
‘Ngeng ngeng ngeng’. Padahal jalan naik turun tetapi dia tetap berlari. Lucu
dan semangat. Seolah dia berada di arena balap.
Dia adalah
anak yang merengek minta sepatu sampai menangis karena saya bilang ‘besok harus
pakai sepatu’, padahal saya tidak seserius itu -_-
Dia adalah
anak yang ketika saya menatapnya, dia tersenyum meringis, menampilkan sederet
gigi putih, dengan dua gigi serinya menonjol seperti kelinci (teringat gigi
Hermione :D)
Dia adalah
anak yang akan mengatakan ‘iya’ untuk semua perintah saya.
Dia adalah
anak yang memanggil anak lainnya, ‘Bos!’ entah untuk Bos Keni, Bos No, ataupun
Bos Oni. Lucu...anak-anak lainnya mengikutinya.
Dia adalah
anak yang akan berseru girang saat mendapat nilai paling bagus, tetapi juga
menerima dengan lapang dada ketika nilainya jelek... ‘Ah, gue hanya dapat 60
saja, Bos Keni!’ (saya hanya bisa tersenyum simpul di dalam hati)
Dia adalah
anak yang akan sangat khusyuk saat berdoa: memejamkan mata dan menangkupkan
kedua tangannya dengan khidmat, sementara dahinya berkerut tampak
berkonsentrasi sekali.
Ah, saya
merasa sangat menyayangi Fren.
Tapi, tentu
saja saya menyayangi mereka.
Berharap,
suatu hari dia akan menggapai impiannya. Oh ya, saya pernah meminta mereka
menulis apa cita-cita mereka. Dan cita-cita Fren adalah:
“Menjadi
polisi karena menembaki musuk. (di bagian ini saya tertawa)
Cara yang harus saya lakukan adalah dengan
rajin berdoa, berlari, dan berdoa.”
Semoga
cita-citamu tercapai, Nak.
@Ratenusa,
19 Februari 2014
#beberapa hari ini saya kehilangan senyumnya di kelas
karena dia kena cacar air, berharap semoga dia baik-baik saja ^^
No comments:
Post a Comment