Hei, beginilah saya.
Yang geje kalau menulis blog.
Yang lebih senang sendirian dibandingkan di tengah banyak orang.
Yang menikmati makan ayam dengan senyum mengembang dan kebahagiaan penuh.
Yang tersenyum gembira ketika bisa menemukan sinyal di puncak terpencil sebuah daerah di Ende.
Dan beginilah saya.
Yang kadang marah tanpa jelas, bete tanpa jelas, atau bisa menjadi gila tanpa jelas.
Yang bahkan bisa bungkam seribu bahasa ketika berada di tengah banyak orang.
Well, jika ingin mengenal saya, maka berbicaralah dengan saya ketika suasana hati kita sama-sama nyaman.
Ajaklah saya menikmati pantai--karena pantai akan membuat saya benar-benar bahagia.
Tersenyumlah dengan lugas dan buatlah saya tersenyum.
Dengan begitu, saya akan mengucapkan: selamat datang di hidup saya.
Dan saya akan menyebutmu: temanku, sahabatku.
@Kota Ende, 4 Maret 2014
Tuesday, March 4, 2014
Monday, March 3, 2014
Hore...Saya Menang!
Postingan
kali ini bukanlah postingan yang menyebutkan bahwa saya menang undian atau
hadiah sekian juta rupiah. Justru, postingan ini saya tulis berdasarkan
pengalaman saya. Sejak memakai nomor telkomsel terhitung enam bulan yang lalu,
sudah puluhan SMS menang undian berhadian saya terima. Contoh:
Selamat Anda memenangkan undingan Untung
Beliung Britama dengan nomor undian XXXXX. Silakan cek di website kami www.@^%$@&#(.blogspot.com
Selamat Anda memenangkan uang tunai sejumlah
75jt. Nomor PIN XXXX. Cek di www.%(*&^%^$#%^.weebly.com
Uangnya dikirm ke Rekening ini aja BANK BRI
a/n XXXXXXXX No. Rekening XXX-XXX-XXX
Kami dari BANK BRI sudah telepon Anda tidak
tersambung jadi kami SMS PIN pemenang anda (XXXXXX) mendapat hadiah dari
untukng beliung BRITAMA untuk info Klik: www.pestaBANKBRI.blogspot.com
Terkadang
SMS yang dikirimkan dari BRI/BRITAMA, kadang dari MKIOS, kadang dari Telkomsel
juga—lebih seringnya telkomsel. Terkadang, hadiahnya pun beragam. Mulai dari
mobil, emas, uang sekian puluh bahkan ratusan juta, dan sebagainya yang bikin
semua orang pasti langsung ngiler. Rasanya WOW banget kan bisa dapet undian begitu?
Bahkan yang meyakinkannya ada nomor PIN dan web resminya juga.
Tapi,
selalu, SMS tersebut akan saya HAPUS seketika. Mengapa? Ada tiga poin penting
mengapa SMS tersebut adalah bullshit belaka.
Pertama, nomor yang digunakan adalah nomor
ponsel. Biasanya, jika itu sifatnya resmi dari penyelenggara undian beneran,
maka nomor yang digunakan umumnya nomor 3 atau 4 digit saja. Contohnya,
telkomsel akan menggunakan nomor panggilan 444 saat ada undian emas, itupun
sifatnya opsional dan terbuka, bukan secara tiba-tiba datang dan menang tanpa
tahu ada program apa.
Kedua, alamat website yang gratisan.
Mana ada sih, penyelenggara undian mewah yang memposting daftar pemenangnya
lewat website gratisan semacam blogpsot, wordpress, bahkan weebly. Kalau sudah
ada alamat begitu, saya positif langsung PENIPUAN.
Ketiga, bahwa saya tidak pernah percaya
dengan undian-undian begitu yang dikirimkan ke ponsel saya. Ikuti kata
hati. Dan ingat, uang itu tidak datang secara instan mak clinggg, tetapi harus
dengan kerja super keras.
Postingan Edisi Nyinyir
Baiklah
sebelum melanjutkan membaca isi postingan ini, sebaiknya saya tegaskan dulu
bahwa saya orang yang cinta damai dan tidak menyukai permasalahan. Apa yang
akan saya tulis ini hanyalah apa yang saya rasakan, tetapi bukanlah pemicu
sebuah permusuhan. Well, jadi, saya harapkan, bacalah postingan ini dengan
cukup bijak. Saya tidak pernah punya niatan untuk menyindir siapapun. So, kalau
merasa tersindir...ya itu—saya tekankan lagi—di luar niat saya.
Betewe, saya
memang pacaran sebelum menikah,
tetapi jauh dalam hati saya tahu bahwa itu menyalahi aturan agama, tetapi
rasanya ketika ada orang (yang sudah menikah) nyinyir dan bilang dengan sinis,
‘Kita ta’arufan lho, dan bukan pacaran kayak kamu’, hati saya kok rasanya makjleb
banget sih, serasa pengen bilang, ‘maksud lo apa?’ dengan keras (dan super
muntab) di depannya. Tapi tenang, saya tidak pernah melakukannya, saya hanya
akan diam. Well, saya memang orang yang cinta damai dan menghargai setiap
perbedaan prinsip hidup, so saya selalu berkata, ya sudaaaaaahhhlah kalau
memang beda. Terus mau bagaimana? Mau dipaksa ta’arufan? Nggak juga kan,
yoweslaaaaahhhhh..mind your own bussiness gituhh!
Setiap orang
menemukan jodohnya dengan caranya masing-masing. Dan bagi saya, itu bukanlah
sebuah negosiasi, karena kita tidak bisa bernegosiasi dengan kehendak Tuhan.
Tetapi, bila memang saya harus bersama dia saat ini, tanpa ikatan lebih dari
pacaran, maka saya akan menunggu. Menunggu. Karena apa yang kami niatkan ini
bukan untuk main-main. Tolonglah, umur saya sudah berapa, umur dia sudah
berapa, dan kami masih main-main????!!! Helloooo??!!! Seolah kami ini anak-anak
bau kencur sajah!!!
Dan tolong,
jangan men-judge seseorang yang berpacaran sebelum menikah, MESKIPUN dia punya
pemahaman agama yang baik, dengan jilbab yang super gede, dengan jenggot
sepanjang satu meter (okelah, skippp!), ataupun dengan baju yang srundak
srunduk (tidak bermaksud mengecam aliran tertentu). Karena menurut saya,
pacaran atau tidak itu pilihan, ta’aruf atau tidak itu pilihan. Tapi, bahkan
setiap pilihan pun datang karena ada kesempatan. Dan saat ini, saya memilih
untuk berpacaran dan kesempatan inilah yang datang—bukan kesempatan untuk
ta’arufan. Bukan karena saya tidak mau ta’aruf, karena Tuhan sudah menunjukkan
cara saya bertemu dengannya lewat jalan ini. Lewat pacaran.
Dan tolong,
saya tidak pernah men-judge orang-orang, jadi berhentilah menghujat kami, yang
berpacaran sebelum menikah. Inti dari menikah bukanlah dari bagaimana cara kamu
menemukan jodoh, melainkan niat dari menikah itu.
Dan saya,
dengan bangga, belajar dari dia yang saya titipkan setengah hati saya, bahwa
menikah harus diniatkan untuk BERIBADAH pada ALLOH. Sudah. Itu saja. Tidak ada
koma. Bukan karena dikejar deadline menikah, bukan karena dia cowok terganteng
dan tersholih yang saya temui, bukan karena saya ingin punya anak, bukan karena
saran dari orangtua, dsb. Hanya satu: untuk beribadah kepada ALLOH.
Doa-doa Cinta
Di bawah
lentera malam yang memancar redup
Ku hadirkan
bayangmu lewat sudut gelap
Rindu yang
merajuk ingin memeluk
Tapi jarak
menjadi terlalu jauh untuk dijangkau
Penantian
ini serasa seabad lebih
Menghitung
detik yang berlalu
Karena
lantunan doa menjadi pengikat hati kita
Di saat raga
tak dapat bersua
Duhai lelaki
berwajah teduh...
Betapa
kosong detik-detik tanpa dirimu di sini
Ku rasakan
rembulan menjadi redup tanpa dirimu
Dan hanya
kepala tertunduk melantunkan doa saja
Berharap kau
di sana, merasakan hal yang sama
Hanya Dia
Yang Maha Cinta
Ku pintakan
segenap resah tanpa dirimu
Semoga suatu
hari, rembulan terlihat elok kembali
Ketika ku
nikmati bersama dirimu
@Ratenusa
Village, 3 Februari 2014
Khususon untuk My Gabriel
Dia, Afren (Warna-warni Ende Part. 39)
Namanya
adalah Fren.
Matanya yang
bulat, bercahaya, dan selalu terlihat bersemangat membuat saya begitu tertarik
padanya. sebenarnya tidak hanya karena kedua bola matanya yang membuat dia
begitu memesona di mata saya, tapi karena kecerdasan dan semangatnya yang tidak
pernah pudar. Sikapnya.
Tidak
seperti jagoan-jagoan saya lainnya, Fren memiliki sifat yang unik. Memang sih,
setiap anak itu unik. Bahkan 9 jagoan itupun tidak ada yang memiliki sifat yang
sama, semuanya unik.
Afren saat serius mengerjakan UAS semester 1 |
Dia adalah
anak yang akan langsung mengangkat tangan dan berseru menjawab ketika saya
mengajukan pertanyaan—terlepas apakah jawabannya salah atau benar (seringnya
salah :p)
Dia adalah
anak yang akan hati-hati dalam menjawab pertanyaan saat ada tugas atau ulangan—tidak
buru-buru agar cepat selesai, terkadang bisa menjadi yang terakhir—meski
hasilnya tidak selalu menjadi yang terbaik.
Dia adalah
anak yang tidak selalu menjadi nomor satu, tetapi selalu berjuang keras dan
tidak pernah menyontek.
Dia adalah
anak yang akan ramai dan main gila dengan anak lain, kemudian saya akan melotot
ke arahnya dan dia akan menangkupkan kedua tangannya sambil berkata: ‘Ampun,
Bu.’ dengan tatapan mengiba dan merasa bersalah.
Dia adalah
anak yang akan bertanya, ‘Ibu marah pada kami ko?’ ketika saya selesai
membentak mereka karena mereka kacau dan bikin saya jengkel. Tapi, saya pun
akan tersenyum kepadanya, menggeleng pelan, ‘Ibu tidak marah.’
Dia adalah
si pembuka kunci dan penutup kunci kantor dan gudang kami di sekolah—selalu pulang
paling akhir, dan saya selalu berkata, ‘Jangan lupa kunci kantor dan tutup
pintu kelas e?’
Dia adalah
anak yang sangat antusias bertanya pada saya, ‘Siapa yang rangking 1, Ibu?’ saat-saat
sebelum penerimaan rapor semester 1 kemarin. Berharap saya akan menyebutkan
namanya, tetapi saya selalu menolaknya, karena memang ‘dialah’ yang rangking 1.
Dia adalah
anak yang selalu berlari sambil menirukan suara motor—pura-pura naik motor,
‘Ngeng ngeng ngeng’. Padahal jalan naik turun tetapi dia tetap berlari. Lucu
dan semangat. Seolah dia berada di arena balap.
Dia adalah
anak yang merengek minta sepatu sampai menangis karena saya bilang ‘besok harus
pakai sepatu’, padahal saya tidak seserius itu -_-
Dia adalah
anak yang ketika saya menatapnya, dia tersenyum meringis, menampilkan sederet
gigi putih, dengan dua gigi serinya menonjol seperti kelinci (teringat gigi
Hermione :D)
Dia adalah
anak yang akan mengatakan ‘iya’ untuk semua perintah saya.
Dia adalah
anak yang memanggil anak lainnya, ‘Bos!’ entah untuk Bos Keni, Bos No, ataupun
Bos Oni. Lucu...anak-anak lainnya mengikutinya.
Dia adalah
anak yang akan berseru girang saat mendapat nilai paling bagus, tetapi juga
menerima dengan lapang dada ketika nilainya jelek... ‘Ah, gue hanya dapat 60
saja, Bos Keni!’ (saya hanya bisa tersenyum simpul di dalam hati)
Dia adalah
anak yang akan sangat khusyuk saat berdoa: memejamkan mata dan menangkupkan
kedua tangannya dengan khidmat, sementara dahinya berkerut tampak
berkonsentrasi sekali.
Ah, saya
merasa sangat menyayangi Fren.
Tapi, tentu
saja saya menyayangi mereka.
Berharap,
suatu hari dia akan menggapai impiannya. Oh ya, saya pernah meminta mereka
menulis apa cita-cita mereka. Dan cita-cita Fren adalah:
“Menjadi
polisi karena menembaki musuk. (di bagian ini saya tertawa)
Cara yang harus saya lakukan adalah dengan
rajin berdoa, berlari, dan berdoa.”
Semoga
cita-citamu tercapai, Nak.
@Ratenusa,
19 Februari 2014
#beberapa hari ini saya kehilangan senyumnya di kelas
karena dia kena cacar air, berharap semoga dia baik-baik saja ^^
Subscribe to:
Posts (Atom)