Setelah
membahas berbagai agenda dalam rapat bersama dengan seluruh peserta SM3T dan
direncanakan agenda untuk wisata ke Riung—yang saya tidak jadi ikut, maka saya
pun membuat semacam liburan sendiri. Kenapa saya tidak jadi ikut ke Riung?
Pasalnya, cuaca bulan Desember benar-benar tidak bisa diprediksi, Mas Aziz
tidak mengizinkan saya, dan saya ada agenda untuk tahun baruan di Puudombo.
Mengingat banyak pertimbangan, saya pun membatalkan keinginan untuk ikut ke
Riung. Riung memang sangat menarik untuk dikunjungi, sehingga saya ingin
mengunjunginya di saat yang tepat—dimana langit akan sangat tampak biru dan
cuaca cerah sepanjang hari tanpa kekhawatiran adanya mendung yang merusak
suasana.
Dan
begitulah, hampir 20 anak yang pergi ke Riung.
Pada hari
Minggu, sehari setelah rapat, Riung dipending. Saya bersama 9 anak meluncur ke
arah Nanga Panda. Kami akan bakar-bakar ikan.
Mendung
menggelayut manja. Kami mampir di Pasar Mbongawani untuk belanja kebutuhan.
Rintik turun ketika kami sampai di Puudombo. Kami pun mengambil berbagai alat
yang diperlukan untuk memasak dan melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan,
hujan menjauh. Jalan Nanga Panda yang berkelok-kelok membuat beberapa orang
merasa pusing dan mual—termasuk saya, wkwkwk. Udara dingin, ditambah lagi kami
belum makan jadi rasanya benar-benar pusing. Setelah 10 menit berjalan, saya
sudah tidur, zzzzzzzzzz...
Kami lantas
memulai berbenah-benah dan menyiapkan peralatan memasak. Ada yang membuat api,
memotongikan, menyiapkan bumbu, dan sebagainya. Beberapa ada yang foto-foto gila,
hehehe *pizz... Saya menjadi sie dokumentasi dadakan yang bertugas mengabadikan
setiap momen di sana.
Snapshot di Pantai |
Suasana
menyenangkan melingkupi kami. Meski kebatukan asap, ketuncep duri, keamisan
ikan, dan sebagainya, tetap saja semuanya terasa menyenangkan. Bang Mali, sopir
kami, membawa satu sisir pisang mentah (entah dari mana) yang kami bakar.
Jagung pun dibakar (yang gosong), dan ikan pun juga dibakar. Setelah 2 jam kami
memasak, hidangan pun tersaji. Pokoknya, maknyusss banget. Jagung bakar, pisang
bakar, ikan bakar, nasi, dan sambal puedasss yang nendang abiss. Apalagi kami
sedang kelaparan. Dalam waktu tak kurang dari 30 menit, semua makanan sudah
ludes... Alhamdulillah, nikmat.
Banyak
pengalaman yang menyenangkan saya alami di sini. Dengan modal Rp 40.000 kami
benar-benar merasakan pengalaman yang menyenangkan. Rasa kesetiakawanan, rasa
persatuan dan kesatuan (halah) benar-benar membuat kami akrab. Rencana yang
mendadak tapi terlaksana dengan sukses benar-benar mengasyikkan sekali. Kami
masih sempat foto-foto gila, sholat di pesisir pantai, kecebur ombak, foto
nangkring di atas pohon, blusukan potong daun pisang buat piring, dsb. Seru...
Selesai itu,
kami berbenah pulang karena matahari sudah tenggelam di balik bukit. Udara
sudah dingin. Kami pulang, menuju ke kota (lagi). Perjalanan berjalan sangat
cepat, 35 menit saja. Alhamdulillah...hari ini benar-benar menyenangkan.
Terimakasih Alloh...
No comments:
Post a Comment