Axis Bikin Tambah Eksis |
Sebuah ledakan perkembangan teknologi terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini. Boooomm!!!!
Guys,
mungkin beberapa tahun yang lalu, memiliki telpon rumah adalah hal yang
‘wah’ bagi seseorang. Tapi seiring berjalannya waktu, hal itu menjadi
lumrah, karena ponsel menggeser ke-wah-an telpon rumah. Beberapa tahun
belakangan ini, wabah internet pun terjadi. Istilah-istilah surfing, bisnis online, friendster, facebook, blog, google, dsb. mulai muncul dan menjadi hal yang wajar.
Yup,
teknologi internet menjadi semacam ledakan terdahsyat bagi perkembangan
teknologi. Teknologi yang berkembang pesat pada tahun 90-an akhir ini,
telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat, terutama kelas
menengah ke atas. Dari segi usia, baik anak TK hingga lansia pun,
menyukai internet dan menggunakannya. Tak terbatas untuk browsing
informasi, tapi internet merambah untuk keperluan bisnis, politik,
hobi, bahkan hanya untuk sekadar mencapai aktualisasi diri, atau dalam
istilah kerennya adalah supaya eksis. Keeksisan itu bisa dilihat dari
betapa banyaknya blog pribadi, situs jejaring social,
komunitas-komunitas tertentu, dsb yang ada di internet.
Teknologi
internet memang memiliki manfaat yang banyak, tapi seperti semua hal
yang ada di dunia ini, selalu ada sisi negatif untuk internet itu
sendiri. Bila dilihat dari kacamata positif dan digunakan dengan bijak
internet memiliki banyak manfaat. Misalnya, internet bisa mempermudah
komunikasi di seluruh penjuru dunia, berkirim surat lewat e-mail dapat
dilakukan dengan cepat dan mudah, memberikan keuntungan bisnis,
mendekatkan yang jauh, dsb. Nilai plusnya lagi, semuanya dilakukan
dengan cara yang cepat dan murah.
Namun, hal-hal negatif yang
ditimbulkan internet pun tak sedikit. Beberapa diantaranya adalah begitu
banyaknya kasus penipuan (bisnis bohongan), cybercrime (kejahatan di internet yang sulit untuk dijerat hukum, misalnya hacking), pornografi (bahaya untuk anak-anak yang belum cukup umur), dan bahkan menjadi candu (coba tengok fenomena facebook atau twitter
dimana setiap harinya situs ini diakses oleh jutaan orang, meski yang
dilakukan hanya membuka wall, update status, berkomentar, dsb). Bila
ditelisik lebih jauh, hal-hal negatif itupun terkadang merupakan sarana
untuk mencapai aktualisasi diri, dimana pelaku ingin menunjukkan ‘ini
lho aku’, meskipun cara yang dilakukan kurang tepat.
Well,
setiap hal memang memiliki nilai positif dan negatif. Itu semua kembali
ke pribadi masing-masing, mau memanfaatkannya secara maksimal untuk
hal-hal yang baik, ataukah hanya sekadar melakukan hal-hal yang
merugikan orang lain. Semuanya ada konsekuensinya masing-masing. Tapi
pendapat saya secara pribadi, sih, memanfaatkan internet untuk hal yang
baik, tentu jauh lebih ‘dahsyat’ dibandingkan untuk melakukan kejahatan
atau hal-hal yang merugikan orang lain. Dan tentu saja,
mengaktualisasikan diri di internet (baca: eksis di internet) pun tidak
harus dilakukan dengan cara negatif, namun banyak ‘jalan’ positif yang
bisa digunakan.
Kendala Internet: Tantangan untuk Provider
Salah
satu kelemahan komunikasi dengan internet adalah bahwa jangkauan
internet hanyalah sebatas adakah sinyal atau tidak. Mungkin internet
sudah menjangkau seluruh pelosok di Indonesia, namun ternyata
jangkauannya hanya terbatas di kota-kota besar saja. Maksud saya adalah
jangkauan sinyal di kota Yogya dan Semarang, tentu akan berbeda dengan
daerah lain yang notabene disebut daerah ‘pelosok’. Sebut saja daerah di
‘pedalaman’ Kulon Progo atau Gunung Kidul (Yogyakarta).
Bagi
teman-teman saya, kedua daerah tersebut selalu mendapat kesan sebagai
daerah yang ‘agak primitif’ (bila dibandingkan dengan Bantul atau
Sleman). Jadi kalau menyebut Gunung Kidul itu kesannya ya, pelosok, ‘ndeso’,
jauh dari peradaban, dan adanya cuma gunung-gunung saja. Begitupun
dengan Kulon Progo, ataupun daerah-daerah lainnya di belantara Pulau
Jawa yang terkesan ‘ndeso’. Istilah itu kurang tepat
sebenarnya, karena dilihat dari keterjangkauannya (sarana transportasi),
daerah-daerah tersebut dapat dijangkau dengan mudah, hanya saja untuk
hal-hal yang menyangkut jangkauan sinyal, agaknya daerah-daerah itu
perlu mendapat perhatian khusus.
Well, saya sih masih
agak lumayan untuk bisa ber-internet ria setiap harinya, karena saya
berada di daerah kota pinggiran (meski sinyal tetap naik-turun). Tapi
untuk teman-teman saya yang tinggal di daerah-daerah itu, mereka harus
menggunakan operator (provider) yang terbaik untuk bisa ‘mendapatkan’ sinyal di daerah mereka. Jika tidak ada sinyal, itu artinya lost contact.
Lebih jauh lagi, itu berarti bisa tertinggal dari peradaban. Istilahnya
adalah tidak bisa eksis lagi. Padahal era sekarang adalah era teknologi
dimana semua hal bisa diakses secara mudah hanya dengan internet.
Hal ini menjadi PR untuk seluruh penyedia jaringan internet (provider),
bagaimana caranya supaya bisa memuaskan pelanggannya. Coba saja,
bagaimana bisa tetap eksis jika jaringannya pun naik-turun dan
putus-nyambung terus, kan? Jadi, kualitas yang terbaik harus diberikan
untuk kepuasan pelanggan. Istilah dalam pelajaran biologi adalah ada
simbiosis mutualisme yang terjadi, yaitu sama-sama diuntungkan, baik
untuk provider maupun untuk pelanggan. Dengan begitu, ketika PR
itu nantinya bisa terealisasikan, semua pengguna internet benar-benar
bisa eksis dan mengaktualisasikan dirinya dengan internet, tentu saja
dengan cara yang baik. Semoga. (arifatih)
Ini nih Provider yang Bikin Eksis, GSM yang Baik |
Sering tu di jejaring sosial yang menunjukan "ini lho aku", sampai bisa bertengkar, karna caranya kurang tepat.
ReplyDeletemoga menang ya :D
Mantap Tulisannnya...sukses buat semuanya!
ReplyDeleteSalam Kenal dari One sm
http://iwansmtri.blogspot.com/2012/01/eksis-dengan-internet-untuk.html